Standar Ganda Barat di Perang Gaza, Ujian Bagi Keadilan Internasional

Crisis Groups President Dr. Comfort Ero saat berbicara di Global Town Hall, Sabtu, 7 September 2024. (YouTube / FPCI)

Standar Ganda Barat di Perang Gaza, Ujian Bagi Keadilan Internasional

Marcheilla Ariesta • 7 September 2024 20:13

Jakarta: Ketidakadilan dalam keputusan Barat terhadap beberapa perang di dunia menjadi sorotan global. Standar ganda dituduhkan ke Barat karena perlakuan mereka yang berbeda terhadap perang di Jalur Gaza dan Ukraina.

Hal ini terlihat dari bagaimana Barat, khususnya Amerika Serikat (AS) sebagai negara berkuasa mendukung perang Israel, tapi tidak dengan Rusia. Padahal, kedua negara itu sama-sama bertindak sebagai ‘penyerang’ dalam perang berbeda.

“Memang benar bagaimana Barat telah memposisikan dirinya terhadap Ukraina dan Israel. Namun, pengadilan opini publik juga memiliki pandangan yang berbeda karena sekarang untuk pertama kalinya dalam sejarah Pengadilan Kriminal Internasional, Israel menjadi subjek pengadilan itu sendiri,” kata Crisis Group’s President Dr. Comfort Ero, dalam sesi Eyes on Palestine and Ukraine: Valuable Lessons for the Present and Future World Order di Global Town Hall, Sabtu, 7 September 2024.

Ia mengatakan, saat ini dengan segala platform keadilan yang ada, ia menganggap dunia kembali ke makna sebenarnya dari ‘keadilan internasional.’

Menurut Ero, pemerintah Israel sendiri sering kali tidak menghargai pandangan negara internasional lain di luar Barat. Sehingga adanya keputusan Mahkamah Internasional mengenai genosida di Gaza, “adalah pertama kalinya ada kritik keras dari sejumlah negara non-Barat terhadap Israel”.

Namun, kata Ero, dunia harus melihat terpisah dari Israel. Karena menurutnya, yang terjadi di Gaza tidak bisa terlepas dari serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023.

“Sekarang, beberapa pemimpin, beberapa pemimpin Barat mengakui bahwa mereka perlu berbuat lebih banyak untuk mengatasi masalah standar ganda, yaitu fakta bahwa mereka mengambil posisi berprinsip terhadap satu negara Eropa dan belum mengambil posisi berprinsip yang sama terhadap kehancuran negara-negara seperti Sudan, Ethiopia, Myanmar, yang terjadi pada saat yang sama,” sambung Ero.

Ia berpendapat jika perang di Gaza menjadi ujian pertama bagi para pemimpin Barat, bagaimana mereka melihat kehancuran negara ‘non-sekutu’.

Meski jumlah korban di Gaza mencapai lebih dari 40 ribu jiwa, ia mengakui masih ada kesan bahwa para pemimpin Barat telah ‘mengabaikan dan membiarkan’ Presiden Israel Benjamin Netanyahu melanjutkan jalan yang merusak ini.

Perang Gaza menewaskan lebih dari 40 ribu jiwa, dengan mayoritas korban adalah anak-anak dan perempuan. Meskipun sudah terbukti Israel menyerang berbagai kamp pengungsi, hingga sekolah dan rumah sakit, namun AS bahkan masih mengirimkan bantuan senjata untuk mendukung perang tersebut.

Baca juga:  Israel Serang Sekolah dan Hunian di Gaza, 13 Warga Palestina Tewas

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Willy Haryono)