Ekonomi Tiongkok. Foto: Unsplash.
Beijing: Prospek ekspor Tiongkok akan membaik dan menopang pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut ketika belanja konsumen melambat.
Menurut survei ekonom Bloomberg, ekspor diperkirakan akan meningkat sebesar 4,3 persen tahun ini dibandingkan tahun lalu, menurut perkiraan median dari 22 ekonom yang disurvei pada 17-24 Juni 2024.
Angka tersebut merupakan lompatan dari perkiraan kenaikan sebesar 2,8 persen dalam survei Mei. Menurut median dari 68 perkiraan ekonom, perekonomian Tiongkok bisa tumbuh sebesar lima persen, naik dari 4,9 persen yang diproyeksikan Mei.
"Kami memperkirakan prospek perdagangan akan membaik dalam beberapa bulan mendatang, didorong oleh pergeseran permintaan global dari jasa kembali ke barang," kata Ekonom Senior Tiongkok di Mizuho Securities Asia Serena Zhou, dilansir Channel News Asia, Rabu, 26 Juni 2024.
Ekspor Tiongkok melampaui ekspektasi pada April dan Mei, mencerminkan kuatnya permintaan dari luar negeri dan meningkatnya daya saing produsen Tiongkok.
Meskipun hal ini mendukung strategi Beijing yang mengandalkan ekspor untuk memacu pertumbuhan dan mengimbangi lemahnya pengeluaran rumah tangga Tiongkok, risikonya semakin besar karena perusahaan-perusahaan Tiongkok mulai menghadapi lebih banyak hambatan perdagangan dari AS dan Eropa.
Berbeda dengan prediksi Goldman Sachs
Temuan survei ini kontras dengan laporan terbaru Goldman Sachs, yang mengatakan kliennya di Tiongkok semakin skeptis terhadap prospek pertumbuhan ekspor pada kuartal mendatang. Investor khawatir terhadap keberlanjutan ekspansi sisi penawaran, terutama ketika permintaan domestik lemah, dan risiko gesekan perdagangan, kata bank tersebut dalam catatan tertanggal 23 Juni.
Para ekonom telah mengurangi ekspektasi mereka terhadap pertumbuhan penjualan ritel, yang merupakan ukuran utama belanja konsumen, serta inflasi harga konsumen dan pabrik tahun ini, yang mencerminkan pesimisme terhadap permintaan seiring berlanjutnya kontraksi perumahan yang tajam, menurut survei Bloomberg.
"Data makro terbaru mengkonfirmasi bahwa hambatan dari sektor properti masih ada,” kata Ekonom Senior di ABN Amro Bank Arjen van Dijkhuizen.
Dia mengatakan pertumbuhan masih didukung oleh momentum ekspor yang lebih kuat, namun risiko eksternal meningkat, karena kelebihan kapasitas Tiongkok berkontribusi terhadap perselisihan perdagangan, dengan AS dan Eropa berupaya melindungi industri-industri strategis.
Tiongkok kemungkinan besar tidak akan bisa menghilangkan tekanan deflasi tahun ini, karena para ekonom menjadi semakin pesimis terhadap prospeknya.
Konsumen Tiongkok tertekan
Mereka memperkirakan indeks harga konsumen hanya naik 0,6 persen tahun ini. Sementara itu, indeks harga produsen diperkirakan turun satu persen, keduanya melemah dari perkiraan pada Mei.
Hal ini mencerminkan keengganan konsumen untuk mengeluarkan uang di tengah kekhawatiran mengenai keamanan pekerjaan, prospek pendapatan, dan penurunan nilai properti.
"Ketegangan di pasar kerja masih membebani belanja konsumen," kata Ekonom di Maybank Investment Banking Group Erica Tay.
Mereka juga memproyeksikan pertumbuhan jumlah uang beredar yang lebih lambat tahun ini dibandingkan bulan Mei, karena bank sentral mengisyaratkan adanya pergeseran fokus pada efisiensi dana dibandingkan ekspansi murni. Para ekonom mempertahankan proyeksi mereka mengenai penurunan suku bunga kebijakan dan suku bunga pinjaman pada kuartal ketiga.