Rusia-AS Debat Sengit Bahas Suriah di DK PBB

Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Dmitry Chumakov. Foto: Middle East Monitor

Rusia-AS Debat Sengit Bahas Suriah di DK PBB

Medcom • 31 May 2024 17:12

New York: Rusia, Amerika Serikat (AS), dan Suriah saling bertukar tuduhan dalam perdebatan sengit pada pertemuan Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Suriah, Kamis, 30 Mei 2024.

Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Dmitry Chumakov mencatat risiko penyebaran perang Israel terhadap warga Palestina ke wilayah yang lebih luas ketika ia mencatat serangan terhadap Kedutaan Besar Iran di Damaskus bulan lalu.

“Kami mengutuk keras serangan semacam itu. Kami menyerukan Israel untuk menahan diri dari tindakan militer di wilayah Suriah dan negara tetangganya,” kata Chumakov, dikutip dari Anadolu, Jumat, 31 Mei 2024.

Ia mengkritik kehadiran militer AS di Suriah dengan dalih memerangi terorisme dan menyebutnya sebagai efek yang mengganggu stabilitas. 

“Standar ganda Washington jelas terlihat di sini,” tutur Dubes Chumakov.

Chumakov juga menyalahkan AS atas sanksi baru terhadap rezim Bashar al-Assad di Suriah.

Sementara itu, Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield membalas dengan mengatakan situasi kemanusiaan yang sangat mengerikan, pelanggaran hak asasi manusia dan kurangnya akuntabilitas atas kejahatan dan pelanggaran rezim.

“Tidak mengherankan jika para pengungsi Suriah sangat yakin bahwa mereka tidak dapat kembali ke negara mereka,” kata Thomas-Greenfield.

Ia mendesak anggota Dewan untuk menekan rezim Assad agar menerapkan Resolusi DK 2254 yang menyerukan rekonsiliasi nasional dalam mengatasi akar penyebab konflik.

Meski berjanji terus bekerja sama dengan mitra diplomatik untuk mencegah eskalasi lebih lanjut di Suriah dan negara-negara tetangga, Thomas-Greenfield kembali menentang rekannya dari Rusia.

“Jangan melempar batu saat Anda tinggal di rumah kaca,” katanya tentang perang di Ukraina. 

“Anda berbicara di sini tentang perdamaian. Ini adalah cerminan jelas atau kekurangan dari komitmen Anda, dan keprihatinan kemanusiaan Anda,” jelas Thomas-Greenfield.

“Terakhir, saya benar-benar ingin bertanya tentang komitmen Anda terhadap Suriah. Apa kontribusi Anda terhadap kebutuhan kemanusiaan yang serius atau kebutuhan pemulihan yang serius yang Anda bicarakan dengan tegas? Jadi, jangan bicara tentang kemunafikan di ruangan ini,” tegas perwakilan AS tersebut.


Kritikan Suriah

Menyusul pertikaian antara AS dan Rusia, Duta Besar Suriah Qusay al-Dahhak angkat bicara dan mengkritik AS karena dukungan penuh dan buta terhadap Israel, serta mengkritik kebijakan kemunafikan dan standar ganda Washington.

Al-Dahhak menyebut koalisi pimpinan AS ‘ilegal,’ ia juga mempertanyakan utusan AS, Inggris dan Prancis tentang tidak mengomentari ‘kerusakan yang disebabkan oleh koalisi ilegal’ dalam perjuangan melawan kelompok teror Daesh (ISIS).

Ia juga menuduh AS menjatuhkan sanksi yang telah membunuh warga sipil, mencegah pengungsi dan pengungsi internal dari perdamaian, serta menghilangkan harapan bagi warga Suriah.

Di sisi lain, Wakil utusan AS Robert Wood menanggapi dengan ‘menolak sejumlah kebohongan ini.’

Ia mengatakan keberadaan AS di Suriah hanya untuk melawan Daesh (ISIS) dan mengkritik utusan Suriah tersebut atas klaim bahwa Washington ‘menjarah properti dan sumber daya minyak Suriah.’

“Ini di luar pedoman Suriah. Ini benar-benar tidak masuk akal. AS tidak menjarah properti Suriah ataupun menyita sumber daya minyaknya,” jelas Wood.

Memperhatikan rezim Suriah membunuh ‘ribuan rakyatnya sendiri sejak perang dimulai tahun 2013,’ Wood mengatakan kepada Dewan bahwa Suriah menggunakan senjata kimia terhadap rakyatnya sendiri. “Tidak ada kebohongan, tidak ada distorsi. Tidak ada propaganda yang bisa mengubah kenyataan itu,” tuturnya.

Selain itu, utusan Suriah menanggapi serta membalas utusan AS tersebut dengan mengkritik dukungan AS terhadap Israel dan berbagai vetonya di Dewan. “Untuk mencegah berakhirnya pembantaian dan genosida serta untuk mencegah pengiriman bantuan,” kata utusan Suriah.

Ia juga menuduh AS tidak memiliki ‘garis merah’ dalam melayani Israel dan mengganggu stabilitas wilayah tetangganya.

Namun, AS membantah dan bertanya kepada ketua DK seharusnya pertemuan tersebut membahas situasi di Suriah. (Theresia Vania Somawidjaja)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)