Pesawat Jeju Air yang jatuh di Korea Selatan. Foto: EPA
Fajar Nugraha • 30 December 2024 18:49
Seoul: Pemimpin sementara Korea Selatan (Korsel) telah memerintahkan pemeriksaan keselamatan darurat terhadap seluruh operasi maskapai penerbangan di negara itu, sehari setelah 179 orang tewas dalam kecelakaan pesawat paling mematikan di wilayah tersebut.
Pesawat Jeju Air terbakar setelah mendarat darurat di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, yang telah menewaskan semua orang di dalam pesawat, kecuali dua korban.
Presiden sementara Choi Sang-mok meminta para penyelidik yang menangani insiden tersebut untuk segera mengungkapkan temuan mereka kepada keluarga korban.
Permintaannya juga muncul setelah pesawat Jeju Air lainnya terpaksa kembali ke Seoul tak lama setelah lepas landas pada Senin, akibat masalah pada roda pendaratan yang tidak teridentifikasi.
“Pada Senin, pesawat Jeju Air lepas landas dari Bandara Internasional Gimpo pukul 06:35 waktu setempat dan kembali kurang dari satu jam kemudian setelah menyadari adanya kerusakan mekanik yang disebabkan oleh masalah pada roda pendaratan,” lapor kantor berita Yonhap.
Roda pendaratan merujuk pada seperangkat roda dan bagian lain dari pesawat yang mendukung pesawat saat lepas landas, bergerak di landasan, dan saat mendarat.
Pesawat yang kembali tersebut adalah Boeing B737-800, model yang sama dengan yang terlibat dalam kecelakaan pada hari Minggu. 39 dari 41 pesawat dalam armada Jeju Air menggunakan model ini.
Setelah kecelakaan mematikan pada Minggu, Boeing menyatakan bahwa mereka telah berkomunikasi dengan Jeju Air dan siap memberikan dukungan.
Sebanyak 179 penumpang dalam penerbangan 7C2216 berusia antara tiga hingga 78 tahun, meskipun mayoritas berusia 40-an, 50-an, dan 60-an, menurut laporan kantor berita Yonhap. Dua warga negara Thailand termasuk di antara yang tewas dan sisanya diperkirakan adalah warga negara Korea Selatan, kata pihak berwenang.
Pada hari Minggu, pesawat nahas tersebut tergelincir dari landasan setelah mendarat dan menabrak tembok tak lama setelah pukul 09:00 waktu setempat.
Seorang pejabat transportasi Korea Selatan mengatakan bahwa pesawat tersebut sedang mencoba untuk mendarat, namun terpaksa menahan diri setelah pengendali lalu lintas udara memberikan peringatan tentang kemungkinan tabrakan dengan burung.
“Kemudian, pengendali lalu lintas udara memberi izin untuk pesawat tersebut mendarat dari arah yang berlawanan,” kata pejabat tersebut.
Para pejabat maskapai tersebut membungkuk dalam-dalam saat memberikan permintaan maaf publik dalam konferensi pers pada hari Minggu.
"Kami sangat meminta maaf kepada semua pihak yang terdampak oleh insiden ini. Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk menyelesaikan situasi ini," kata perusahaan dalam sebuah pernyataan, dikutip dari BBC, Senin, 30 Oktober 2024.
Saham Jeju Air diperdagangkan sekitar 8 persen lebih rendah di Seoul pada hari Senin.
Kecelakaan ini menjadi tragedi nasional bagi Korea Selatan, yang tengah dilanda gejolak politik setelah parlemen memberikan suara untuk memecat Presiden Yoon Suk Yeol dan penggantinya sementara, Han Duck-soo.
Presiden sementara Choi, yang baru menjabat pada hari Jumat, menyatakan bahwa dirinya "sangat terkejut" dengan kecelakaan ini.
"Kepada warga terhormat di negara kita, sebagai presiden sementara, hati saya sangat sakit saat kita menghadapi tragedi tak terduga ini di tengah kesulitan ekonomi yang sedang dihadapi," katanya. (Siti Khumaira Susetyo)