Telur dari ayam yang berasal dari sistem bebas sangkar makin dicari. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 3 November 2024 13:30
Jakarta: Laporan Bebas Sangkar terbaru yang dirilis oleh Sinergia Animal, mengungkapkan banyak perusahaan di Asia kemungkinan tidak akan memenuhi komitmen mereka dalam mengakhiri penggunaan telur dari sistem sangkar pada tahun 2025.
Sinergia Animal melakukan survei terhadap 78 perusahaan di India, Indonesia, Jepang, Malaysia, dan Thailand, dan menemukan bahwa 50 di antaranya berisiko gagal memenuhi janji mereka untuk menghentikan penggunaan telur dari sistem kontroversial. Metode itu sudah dilarang di banyak negara ini.
"Asia merupakan produsen telur terbesar di dunia. Jutaan ayam dikurung di sangkar yang membuat mereka tidak bisa berjalan, merentangkan sayap sepenuhnya, atau melakukan perilaku alami," kata Among Pakrosa, Direktur Pengelola Act for Farmed Animals, koalisi NGO perlindungan hewan Sinergia Animal dan Animal Friends Jogja, dalam keterangannya yang dikutip Minggu, 3 November 2024.
"Kami menyerukan kepada perusahaan-perusahaan tersebut untuk menepati janji mereka beralih ke sistem bebas sangkar sampai dengan tahun 2025,” tambah Among.
Sinergia Animal mengkategorikan perusahaan dalam dua kelompok. Ini ditandai dengan Bendera Merah dan Oranye di mana perusahaan-perusahaan itu antara lain:
1. Bendera Merah
Perusahaan dengan komitmen bebas sangkar di tahun 2025 namun tidak melaporkan kemajuan mereka.
2. Bendera Oranye
Perusahaan yang melaporkan kemajuan di negara lain tetapi tidak di Asia. Perusahaan terkenal, termasuk Best Western, Millennium & Copthorne Hotels, Au Bon Pain, dan Subway, masuk dalam dua kategori ini.
"Masih ada waktu bagi mereka untuk bertindak, dan waktu terus berjalan. Kami akan mendorong konsumen untuk meminta perusahaan-perusahaan ini bertanggung jawab," kata Among.