Enam Jurus Menperin Tahan Perlambatan Sektor Manufaktur

Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita. Foto: dok Biro Humas Kemenperin.

Enam Jurus Menperin Tahan Perlambatan Sektor Manufaktur

Husen Miftahudin • 17 June 2023 12:29

Jakarta: Sepanjang 2022 hingga Mei 2023, Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur menunjukkan ekspansi sektor industri selama 21 bulan berturut-turut. Namun demikian, PMI juga menunjukkan sektor industri tidak seekspansif tahun sebelumnya dan ada kecenderungan tumbuh melambat.

Kondisi ini juga sejalan dengan hasil Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang surveinya telah dilakukan oleh Kemenperin sejak November 2022. IKI pada Januari hingga Mei 2023 yang menunjukkan kecenderungan melambat.

Kondisi ini menunjukkan terjadinya penumpukan stok persediaan, sehingga perusahaan mengurangi produksi, di samping terjadinya penurunan pesanan. Pesanan domestik masih menjadi faktor dominan yang mempengaruhi indeks variabel Pesanan Baru.

"Dua indeks tersebut bisa menjadi alert indicator bagi kita untuk menganalisis kinerja makro industri. Dengan demikian, kita dapat merumuskan upaya-upaya untuk menjaga kinerja sektor manufaktur, dan menaruh perhatian lebih terhadap subsektor yang mengalami tren melemah atau kontraksi," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita pada Rapat Kerja Kementerian Perindustrian (Kemenperin) di Jakarta, dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu, 17 Juni 2023.

Agus menyebutkan, beberapa faktor yang mempengaruhi ekspansi manufaktur di Indonesia dan negara lainnya di antaranya berasal dari eksternal, seperti resesi global sejak awal 2022 yang diikuti dengan peningkatan inflasi tertinggi terjadi pada kuartal III dan IV-2022.

Selanjutnya, kebijakan yang diambil Federal Reserve System (The Fed) sebagai upaya penyelamatan perekonomian Amerika Serikat, serta perang Rusia-Ukraina menyebabkan terganggunya rantai pasok. Selain itu terdapat tantangan dari sisi domestik, misalnya daya beli.

Ia menambahkan, isu utama yang dihadapi sektor industri antara lain mulai dari akses bahan baku/penolong, kemampuan sumber daya manusia (SDM), tantangan produk impor, pengolahan limbah B3, logistik, hingga data industri.

Tantangan lain juga dirasakan dalam era perkembangan teknologi dan dunia internasional. Di masa ini, sektor industri juga harus siap beradaptasi pada paradigma baru yang dapat mengakselerasi kinerja industri seperti pelaksanaan hilirisasi industri, renewable energy, digitalisasi dalam Making Indonesia 4.0, serta peningkatan SDM Industri nasional.

Enam jurus tahan perlambatan manufaktur

Berdasarkan hasil pembahasan dalam rapat kerja, Agus menyimpulkan setidaknya terdapat enam langkah yang perlu dijalankan. Pertama, pentingnya menentukan fokus dan prioritas penting dalam menjalankan industrialisasi melalui hilirisasi.

Kedua, menentukan target dengan tepat sehingga dapat menentukan langkah yang strategis dan efektif untuk mencapainya. Ketiga, mendorong agar jasa industri turut diperhitungkan sebagai kontributor PDB karena merupakan unsur yang tidak dapat dilepaskan dari sektor industri.

Keempat, akselerasi implementasi industri 4.0. Menurutnya, upaya ini merupakan cara agar industri dapat bekerja dengan lebih efisien, yang mendukung penurunan biaya produksi, sehingga meningkatkan daya saing.

Kelima, mengambil langkah-langkah out of the box dan mengevaluasi relevansi kebijakan yang telah berjalan. Keenam, meningkatkan koordinasi dan sinergi dengan kementerian/lembaga serta stakeholder terkait untuk menentukan kebijakan yang tepat dan memberikan kemudahan bagi sektor industri.

"Seluruh upaya tersebut juga bertujuan untuk menjaga optimisme para pelaku bisnis akan kondisi usaha enam bulan ke depan, yang mencapai 66,2 persen dari hasil survei IKI. Para pelaku usaha optimis karena percaya pasar global akan segera pulih dan meyakini kebijakan pemerintah dapat mendukung bisnis tetap kondusif. Mari kita jaga dan buktikan optimisme tersebut," tegas Agus.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)