Chatgpt dituduh picu tindakan bunuh diri remaja 16 tahun di AS. Foto: Anadolu
Muhammad Reyhansyah • 27 August 2025 10:42
California: Sepasang orangtua di California, Matthew dan Maria Raine, mengajukan gugatan terhadap OpenAI dan CEO Sam Altman setelah putra berusia 16 tahun mereka, Adam, meninggal dunia akibat bunuh diri pada April 2025.
Dalam berkas gugatan yang diajukan ke pengadilan negara bagian California pada Senin, 25 Agustus 2025, pasangan itu menuduh ChatGPT memberi instruksi teknis tentang cara bunuh diri dan bahkan mendorong tindakan tragis tersebut.
Menurut gugatan yang dikutip Malay Mail, Rabu, 27 Agustus 2025, Adam mulai menggunakan ChatGPT pada 2024 sebagai bantuan mengerjakan PR. Namun, hubungan itu berkembang menjadi ketergantungan emosional yang dianggap tidak sehat.
Dalam percakapan terakhir mereka pada 11 April 2025, ChatGPT diduga memberi saran cara mencuri vodka dari rumahnya dan menganalisis simpul tali gantung yang dibuat Adam dan menyatakan simpul itu “dapat menahan beban manusia”. Adam ditemukan tewas beberapa jam kemudian dengan metode yang sama.
Gugatan juga menyertakan kutipan percakapan di mana ChatGPT diduga mengatakan, “Kamu tidak berutang hidup pada siapa pun” serta menawarkan bantuan menulis surat perpisahan.
Keluarga Raine menuntut ganti rugi dengan jumlah yang belum ditentukan. Mereka juga meminta pengadilan memerintahkan OpenAI menambahkan mekanisme pengaman, termasuk pemutusan otomatis percakapan yang menyangkut isu bunuh diri dan kontrol orang tua bagi pengguna di bawah umur.
Kasus ini ditangani oleh firma hukum Edelson PC serta Tech Justice Law Project.
Menurut Presiden Tech Justice Law Project, Meetali Jain, perusahaan teknologi akan serius soal keselamatan pengguna hanya jika menghadapi tekanan eksternal, baik berupa PR buruk, ancaman regulasi, maupun litigasi.
Organisasi Common Sense Media turut menanggapi dengan menyebut tragedi Raine sebagai peringatan keras.
“Jika platform AI berubah menjadi ‘pelatih bunuh diri’ bagi remaja rentan, itu harus jadi panggilan darurat bagi kita semua,” tegas organisasi nirlaba tersebut.
Sebuah studi terbaru dari Common Sense Media mengungkap hampir 75% remaja di AS pernah menggunakan AI pendamping, dan lebih dari separuh di antaranya menggunakannya secara rutin. Meski begitu, ChatGPT biasanya tidak dikategorikan sebagai AI companion, berbeda dengan aplikasi seperti Character.AI, Replika, dan Nomi yang memang dirancang untuk percakapan personal.
Tech Justice Law Project saat ini juga menjadi kuasa hukum dalam dua gugatan serupa terhadap Character.AI, platform chatbot populer di kalangan remaja. Kasus Raine menjadi salah satu sorotan besar terkait risiko penggunaan AI generatif sebagai teman percakapan oleh anak di bawah umur.