Ilustrasi makan bergizi gratis. Metrotvnews.com/Siti Yona
M Sholahadhin Azhar • 28 September 2025 12:57
Jakarta: Makan bergizi gratis (MBG) menjadi program unggulan yang mesti dioptimalisasi. Permasalahan saat ini dinilai butuh pembenahan mendalam.
“Sepiring makan bergizi gratis di sekolah adalah intervensi negara yang sangat dibutuhkan. Namun, niat mulia bisa runtuh oleh tata kelola yang rapuh. Program MBG harus terus dilanjutkan tetapi dengan perbaikan tata kelola," kata pakar kebijakan publik dari Universitas Pasundan, Bandung, Eki Baehaki, dalam keterangan yang dikutip Minggu, 28 September 2025.
Eki mengatakan urgensi program MBG tak boleh diragukan. Sebab, Indonesia tengah menghadapi masalah serius dari stunting, anemia, hingga malnutrisi kronis yang menggerogoti kualitas generasi muda.
Menurut penggiat Citarum Harum tersebut, kasus keracunan yang berulang adalah lampu merah. Prinsip keamanan pangan terkait menjaga kebersihan, memisahkan pangan mentah dan matang, memasak dengan benar, menyimpan pada suhu aman, serta memakai bahan baku bersih, belum berjalan konsisten.
Eki melihat program MBG adalah investasi besar yang memerlukan tata kelola serta disiplin. Sehingga, investasi itu tidak menghasilkan kerugian kesehatan dan hilangnya kepercayaan publik.
"Walau bagaimanapun agar program MBG harus tetap jalan, harus ada jalan selamat bagi revitalisasi Program MBG itu sendiri,” ungkap Eki.
Terkait insiden MBG di Kecamatan Cipongkor dan Cihampelas di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, pada 22-24 September 2025, sebanyak dua dari 16 kecamatan di Bandung Barat bermasalah.
Bagi 432 murid SD Negeri 2 Cimareme, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, MBG adalah bagian dari proses belajar yang mereka jalani saat ini. Kegembiraan dan keceriaan dalam menyantap hidangan MBG adalah perilaku yang mereka tunjukkan selama proses menyiapkan masa depan mereka.
Wajah polos dan senyum mengembang ditunjukkan Aleyshia dan dua temannya di depan gerbang sekolah, saat mereka pulang sekolah dan menunggu orang tua menjemputnya.
"Tadi sudah makan pakai burger, enak," kata Aleyshia, murid kelas 3 di SD Negeri yang berada tepat di tepi Jalan Raya Cimareme itu.
Dua temannya yang sama-sama menunggu jemputan juga mengatakan hal yang sama. "Sekarang nggak ada susu. Saya minum air putih," kata siswi berkerudung ini seraya menunjukkan botol minuman yang ia bawa dari rumah.
Tidak lama seorang perempuan mengendarai sepeda motor datang, dua petugas keamanan yang terus mendampingi anak-anak pulang sekolah, mengantarkan Aleyshia hingga duduk di jok sepeda motor yang dikendarai ibunya.
Aleyshia pun pulang dan masih tampak wajahnya yang gembira. Sementara itu di dalam sekolah nampak seorang pria membereskan ratusan ompreng makanan yang telah selesai digunakan murid-murid di sekolah dengan akreditasi A ini.
Pria ini adalah Zainudin, penjaga sekolah. "Alhamdulillah selama ini aman, nggak ada murid yang ngeluh atau sakit setelah makan," kata Zainudin sembari menyusun dan mengikat ompreng yang selesai digunakan.
Dia mengikat dengan tali rafia masing-masing 10 ompreng beserta tutupnya dalam setiap tumpukan. "Ini mahal makanya harus dirapikan. Nanti diambil oleh dapur," kata Zainudin sambil tersenyum.
Salah seorang wali murid yang ditemui saat menjemput anaknya pulang sekolah, Siti mengaku ada sedikit kekhawatiran keracunan MBG yang disantap putrinya. Namun, dia yakin lantaran pihak sekolah melakukan pengecekan terhadap makanan sebelum disantap murid-murid.
"Kalau dengar dari berita ya khawatir (keracunan). Tapi guru-guru di sini (SD Negeri 2 Cimareme selalu cek makanan itu satu satu. Jadi sebelum dikasih ke murid, dicoba dulu sama gurunya. Kalau ada yang basi, ya nggak dikasih ke murid. Itu yang membuat saya yakin makanan untuk anak saya aman," jelas Siti.
Siti yang putrinya duduk di bangku kelas 4 berharap MBG terus berjalan dengan pengecekan melibatkan dewan guru.
"Ayeuna (adanya) program MBG janten (menjadi) tidak memberatkan beban keluarga untuk makan anak di sekolah. Sangat membantu," kata Linda yang putrinya kelas 2 di SD Negeri 2 Cimareme ini.