Direktur Pemanfaatan dan Diseminasi Sains dan Teknologi, Kemendiktisaintek, Prof. Dr. Eng. Yudi Darma, M.Si dalam kegiatan KopiSains. Foto: Medcom.id.
Anggi Tondi Martaon • 20 September 2025 12:54
Jakarta: Kementerian Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi (Kemendiktisaintek) dan Medcom.id menggelar Talkshow KopiSains bertema Quantum and Everyday Technology (From Pockets to Future). Diskusi ini digelar dalam rangka meningkatkan literasi sains dan teknologi (saintek) dalam suasana yang santai, sehingga diharapkan sain akan lebih mudah dicerna dan diterima Masyarakat.
Direktur Pemanfaatan dan Diseminasi Sains dan Teknologi, Kemendiktisaintek, Prof. Dr. Eng. Yudi Darma, M.Si, menekankan, misi utama kegiatan tersebut ialah mendekatkan hasil-hasil karya sains dan teknologi dari kampus kepada masyarakat.
“Jadi kami dari Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan Saintek dari Kemendikti Saintek itu punya satu misi yaitu mendekatkan hasil-hasil karya dari kampus, sains dan teknologi ke masyarakat. Jadi kita ingin membumikan saintek itu ke publik,” ujar Yudi saat membuka KopiSains, di sebuah Coffe Shop di Jakarta, Jumat, 19 September 2025.
Acara seperti KopiSains merupakan salah satu upaya strategis untuk membincangkan sains di keramaian. Harapannya, melahirkan masyarakat yang semakin melek sains (citizen science) agar publik memiliki literasi saintek yang tinggi.
"Yang pada akhirnya dapat memanfaatkan sains dan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan, baik dari segi ekonomi maupun sosial, selaras dengan tagline Kemendiktisaintek, yaitu ‘Berdampak’," ungkap Yudi.
Pada 2025 juga sekaligus menandai 100 tahun sains dan teknologi kuantum dipilih sebagai momen yang tepat untuk memperkenalkan bidang ini kepada masyarakat luas. Yudi mengakui bahwa kuantum sering dianggap sebagai bidang yang kaku dan sulit untuk dipahami.
“Nah sementara mungkin publik mungkin bisa menduga kuantum itu kesannya kan kaku ya, jauh, susah gitu ya. Nah kita berupaya sekarang untuk mengenalkan gitu tanpa mengurangi esensi atau nilai sainsnya tapi kita coba untuk menampilkan dalam bahasa yang lebih mudah dan populer,” sebut Yudi.
KopiSains juga menargetkan generasi muda untuk menumbuhkan minat mereka pada bidang
science, technology, engineering, and mathematics (STEM). Yudi berharap sains dapat lebih membumi, utamanya di kalangan anak muda.
Ia menyoroti kecenderungan penurunan minat generasi muda terhadap STEM. Menurut dia, tren tersebut harus dibalikkan.
“Jadi kita selalu mendorong agar STEM ini kuat dan masa depan itu, kalau kita lihat trennya, itu sudah mengarah ke yang spesifik dan sangat unik. Salah satunya kuantum. Jadi melihat perkembangan teknologi, jadi saintek kuantum ini disinyalir akan memegang peranan saat penting kedepannya,” tegas Yudi.
Untuk mematahkan anggapan bahwa fisika sebagai fondasi kuantum membosankan, Yudi menekankan pendekatan penerapan keilmuannya secara kontekstual dengan kehidupan sehari-hari harus diterapkan.
“Kita berusaha sekarang itu mencoba mengajak guru-guru di sekolah-sekolah bagaimana mengajarkan fisikanya secara menarik. Sekarang tidak ada yang bisa bantah, di handphone yang dipakai oleh setiap generasi muda itu tuh, itu fisika semua, bagaimana internet bisa mengirimkan pesan, itu juga semuanya fenomena kuantum,” ujar Yudi.
Melalui acara KopiSains ini, Kemendiktisaintek berharap dapat menumbuhkan gairah baru masyarakat, khususnya generasi muda, untuk mendalami sains dan teknologi. Sekaligus menjadi wadah bagi para ahli untuk berkolaborasi, sehingga Indonesia dapat berada dalam peta perkembangan kuantum global.
KopiSains adalah seri diskusi santai yang digagas oleh
Medcom.id bersama Kemendikti Saintek. Tujuannya, mendiseminasi dan membumikan perkembangan sains dan teknologi terkini kepada masyarakat luas dengan bahasa yang mudah dipahami.
Hadir dalam KopiSains edisi perdana, Guru besar Fisika Teori IPB University, Prof. Dr. Husin Alatas, M.Si sebagai arasumber dan Dosen MIPA UI/Ketua Kelompok Riset Fisika Kuantum, Magnetik dan Ionik), Dr. Adam Badra Cahaya, B.Sc., M.Sc.
Kuantum 2.0
Guru besar Fisika Teori IPB University, Prof. Dr. Husin Alatas. Foto: Medcom.id.
Guru besar Fisika Teori IPB University, Prof. Dr. Husin Alatas menyebutkan, Indonesia harus Bersiap memasuki revolusi kuantum 2.0 agar tidak tertinggal. Indonesia mau tidak mau harus masuk dan menguasai teknologi, salah satunya kuantum.
"Tentunya dalam acara ini, kita akan berbicara bukan yang berat-berat, tetapi yang santai yang bisa kita cerna bersama, tetapi tanpa kehilangan esensi dari pentingnya bahwa menguasai teknologi kuantum ini, karena memang suatu keniscayaan bangsa kita itu mau enggak mau ke depannya harus masuk ke dalam teknologi," kata Husin.
Menurut Husin, teknologi kuantum 2.0 diprediksi akan menghadirkan kemajuan yang jauh lebih powerful dan berdaya dibanding revolusi kuantum pertama yang telah melahirkan laser, MRI, CT scan, dan PET scan.
“Kemudian kalau sekarang dokter-dokter membedah menggunakan laser, ya itu sudah kuantum. Yang saya bicarakan tadi itu adalah revolusi kedua, itu adalah revolusi pertama. Itu revolusi pertama itu melahirkan tadi, bedah pakai laser, MRI, ada CT scan, ya ada bahkan sekarang lagi yang paling baru kan ada PET (Positron, Elektron, Tomography). Itu yang juga lebih teliti lagi. Bisa kita bayangkan di revolusi kedua ini, alat-alat seperti itu akan jauh lebih powerful, lebih berdaya guna,” ungkap Husin.
Husin mengingatkan, jika bangsa ini tidak siap menguasai teknologi tersebut, maka akan seperti ketinggalan kereta dari negara lain. Padahal sebenarnya masyarakat Indonesia memiliki kemampuan untuk menguasai teknologi kuantum.
“Kalau misalnya kita tidak siap dalam penguasaan teknologi ini, akhirnya nanti kita tertinggal kayak ketinggalan kereta dari orang-orang lain, padahal orang-orang kita ini sangat mampu menguasai teknologi kuantum ini,” terang Husing.
Ketika ditanya tentang langkah yang bisa dilakukan pemerintah untuk menyiapkan Indonesia dalam mencapai era kuantum 2.0, Husin menekankan pentingnya political will sebagai kunci utama. "Pertama, political will. Political will bahwa akan ada kebijakan-kebijakan politik yang berpihak pada pengembangan teknologi-teknologi cutting edge ini," jelasnya.
Setelah political will terbentuk, Husin yang terlibat dalam Indonesian Quantum Initiative memaparkan dua hal penting yang harus dilakukan. Yakni mempersiapkan fasilitas dan mempersiapkan SDM. "Mempersiapkan SDM itu lebih sulit ketimbang mempersiapkan fasilitas. Kenapa? Karena fasilitas bisa dibeli. Kalau SDM, harus kita bangun sendiri, harus kita cetak dan itu butuh waktu 5 tahun, 10 tahun," terang Husin.
Meski tantangannya besar, Husin menyatakan tetap optimistis dengan kemampuan Bangsa Indonesia. Asalkan ada syarat utama yang harus dipenuhi, serta dukungan masyarakat dalam mendorong terwujudnya political will.
“Tapi, bukan berarti kita tidak bisa. Kita bisa. Kita ini siap sebetulnya sebagai sebuah bangsa. Kita optimis. Tapi kalau enggak ada syarat yang pertama, enggak bisa jalan dan political will juga bisa direalisasi kalau ada dorongan dari masyarakat,” kata Husin.
Dalam kesempatan yang sama, Husin juga menjelaskan keseruan menerapkan kuantum dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh yang paling dekat adalah bagaimana dapat diprediksinya tendangan bola oleh pesepakbola asal Portugal Cristiano Ronaldo secara keilmuan.
Ronaldo dikenal sebagai pemain yang memiliki kecepatan dan tendangan yang baik saat bermain di lapangan. Pencapaian gol terbanyak hingga pemain terbaik Ballon d' Or.
Husin menjelaskan beberapa tendangan Ronaldo memang sulit ditebak. Tapi dengan fisika, prediksi bisa dilakukan karena Ronaldo memberikan sebuah gaya fisika terhadap bola.
"Ketika Ronaldo menendang dengan teknik tendangannya, dia sudah tahu bahwa bolanya akan kemana. Jadi dia sudah tau itu, bolanya akan melengkung gitu ya," kata Husin.
Ia menjelaskan dalam fisika, hal ini disebut Fisika Mesoskopik. Mesoskopik, dimana dunia sebab-akibat itu berlaku. "Jadi kalau misalnya ada seorang penendang bola, dia nendang bola, dia tahu posisi bolanya di mana. Betul enggak? Kalau penendang bola enggak tahu posisi bolanya, gimana? Repot. Dan penendang bola tau persis ketika dia tendang bola, bolanya kemana," ungkap Husin.
Indonesia Jadi Pemain Global
Dosen MIPA UI/Ketua Kelompok Riset Fisika Kuantum, Magnetik, dan Ionik, Dr. Adam Badra Cahaya, B.Sc., M.Sc. Foto: Medcom.id.
Dosen MIPA UI/Ketua Kelompok Riset Fisika Kuantum, Magnetik, dan Ionik, Dr. Adam Badra Cahaya, B.Sc., M.Sc., yang hadir sebagai panelis mengatakan, kehadirannya untuk menjembatani kompleksitas sains kuantum agar mudah dipahami oleh audiens muda.
Adam menekankan, momen 100 tahun sains kuantum yang diperingati 2025 adalah kesempatan emas bagi Indonesia. Dia menjelaskan, revolusi kuantum 1.0 yang melahirkan semikonduktor, fondasi semua gadget modern, terlewatkan oleh Indonesia.
Kini di era revolusi kuantum 2.0, semua negara, termasuk Indonesia, berada di titik start yang sama.
“Ketika sekarang di kuantum revolusi 2.0 ini ya semua negara berada di start yang sama. Semua harus siap menghadapi ini, apakah Indonesia akan jadi penonton aja? Apakah hanya jadi konsumen saja? Saatnya kita jadi pemain disini, kita bisa berkiprah, kita bisa mengembangkan jadi peneliti,” kata Adam.
Melalui diskusi KopiSains ini, diharapkan dapat membangun kesadaran (awareness) dan minat generasi muda untuk terjun dan berkontribusi dalam pengembangan sains kuantum di Indonesia, mengubah status dari sekadar konsumen menjadi pemain utama di panggung global.