Bentrok Berdarah Antar Suku di Suriah Tewaskan Lebih dari 30 Orang

Pasukan Suriah melakukan penjagaan lawan milisi. Foto: Anadolu

Bentrok Berdarah Antar Suku di Suriah Tewaskan Lebih dari 30 Orang

Fajar Nugraha • 14 July 2025 17:19

Suwayda: Lebih dari 30 orang tewas dan hampir 100 lainnya luka-luka dalam bentrokan bersenjata antara kelompok milisi Druze dan petempur suku Bedouin di Provinsi Suwayda, Suriah selatan, menurut pernyataan awal dari Kementerian Dalam Negeri Suriah pada Senin, 14, Juli 2025.

Insiden berdarah tersebut terjadi pada Minggu malam di lingkungan Al-Maqous, yang menjadi pusat ketegangan antarkelompok lokal bersenjata dan suku-suku di wilayah tersebut.

Kementerian menyampaikan keprihatinan mendalam atas eskalasi kekerasan dan menyatakan bahwa pihaknya, bekerja sama dengan Kementerian Pertahanan, akan langsung mengintervensi untuk mengakhiri konflik.

“Unit-unit dari kepolisian, bersama dengan pasukan pertahanan, akan diterjunkan untuk menghentikan bentrokan, menegakkan keamanan, serta menangkap dan menyeret pihak yang bertanggung jawab ke pengadilan,” demikian pernyataan resmi kementerian yang dikutip oleh Anadolu, Senin, 14 Juli 2025.

Beberapa personel angkatan bersenjata Suriah juga menjadi korban jiwa dalam bentrokan saat mereka berusaha melindungi warga sipil dari kelompok-kelompok bersenjata ilegal yang beroperasi di wilayah itu. Namun, jumlah pasti korban dari pihak militer belum diungkapkan secara resmi.

Menteri Dalam Negeri Suriah, Anas Khattab, menyatakan bahwa absennya institusi negara, khususnya lembaga militer dan keamanan, menjadi penyebab utama meningkatnya ketegangan di Suwayda dan sekitarnya.

“Tidak ada solusi lain selain memberlakukan tindakan keamanan dan mengaktifkan kembali peran institusi agar ketertiban sipil dan kehidupan masyarakat dapat pulih sepenuhnya,” tulis Khattab melalui akun X resminya.

Bentrok tersebut terjadi di tengah situasi politik yang masih genting di Suriah. Setelah hampir 25 tahun berkuasa, Presiden Bashar al-Assad diketahui melarikan diri ke Rusia pada Desember tahun lalu, mengakhiri kekuasaan Partai Baath yang telah memerintah sejak 1963.

Pada Januari 2025, pemerintahan transisi dibentuk di bawah kepemimpinan Presiden Ahmad al-Sharaa, namun situasi keamanan di berbagai wilayah, terutama di selatan, masih rapuh.

Wilayah Suwayda, yang mayoritas penduduknya berasal dari komunitas Druze, kerap menjadi lokasi ketegangan antara kelompok lokal dan suku-suku nomaden Bedouin. Bentrokan yang terjadi Minggu malam bukanlah yang pertama, tetapi salah satu yang paling mematikan dalam beberapa bulan terakhir.

(Muhammad Reyhansyah)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)