Pembakaran Al-Qur'an kembali terjadi di depan Istana Kerajaan Swedia. (AP)
Marcheilla Ariesta • 16 August 2023 09:12
Stockholm: Dua pria Irak kembali melakukan aksi provokasi dengan menendang kitab suci Al-Qur'an dan membakarnya. Salwan Momika dan Salwan Najem melakukan aksinya di depan Istana Kerajaan Swedia.
Dilansir dari laman Al Jazeera, Selasa, 15 Agustus 2023, ini kali kedua mereka melakukan aksi tersebut di Mynttorget. Daerah itu merupakan wilayah pusat kota, tempat gedung pemerintahan berada.
Masalahnya, tindakan keduanya diizinkan oleh Swedia. Pasalnya, aksi semacam ini ada di undang-undang kebebasan berbicara negara itu.
Momika menjadi pelopor aksi yang semakin sering dilakukan saat Iduladha Juni lalu di depan masjid Stockholm. Aksinya itu langsung mendapat kecaman dari umat Muslim internasional, termasuk Turki.
Hadir di antara kerumunan adalah kelompok yang mengenakan pakaian bertema pemadam kebakaran yang anggotanya meneriakkan "padamkan kebencian". "Mereka hadir sambil membagikan topi plastik pemadam kebakaran dan mendorong penonton untuk berbicara melalui megafon mereka," lapor saksi mata.
Mereka yang diberi izin untuk membakar Al-Qur'an diberi waktu satu jam, setelah itu polisi membubarkan mereka dan mengizinkan masyarakat untuk mengumpulkan sisa-sisa kitab suci yang dinodai.
Aksi kedua pria asal Irak itu menimbulkan ketegangan. Kelompok Al-Qaeda sudah menyerukan serangan terhadap Kedutaan Swedia dan Denmark di seluruh dunia. Jaringan itu menyerukan pembunuhan ditargetkan kepada para diplomat.
Bulan lalu kedutaan Swedia di Baghdad diserbu oleh pengunjuk rasa setelah rencana pembakaran Al-Qur'an di Stockholm - dengan duta besar Swedia diusir segera setelah itu.
Pekan lalu, pembakaran Al-Qur'an juga dilakukan di depan Kedutaan Besar RI (KBRI) Kopenhagen di Denmark. Indonesia mengutuk tindakan tersebut.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan, aksi pembakaran kitab suci Al-Qur'an tidak dapat dilabeli sebagai kebebasan berekspresi.
"Saya sampaikan: Jangan berlindung di balik kebebasan berekspresi. Ini adalah melukai umat Islam di seluruh dunia, dan tidak seharusnya dilakukan," tegasnya, seraya menambahkan bahwa hal semacam itu dapat menyebarkan kebencian.
"Aksi provokasi ini menebarkan kebencian dan sangat berbeda dengan keinginan kita untuk terus memelihara dialog antaragama," tutup Menlu Retno.