Ilustrasi. Foto: dok ist.
Ade Hapsari Lestarini • 27 September 2025 13:41
Jakarta: Manajer investasi raksasa asal Amerika Serikat (AS) The Vanguard Group, sedang membidik saham
emiten PT Diamond Citra Propertindo Tbk (DADA). Perusahaan yang mengelola dana nomor dua terbesar di dunia atau senilai 50 kali APBN Indonesia itu langsung 'mengguncang' pasar modal Indonesia.
Pasalnya, rencana tersebut membuat harga saham DADA meroket tajam, yakni mulai bergerak naik dari kisaran Rp7 per lembar, hingga per 25 September 2025 berada di level Rp149 per lembar saham. Bahkan pada awal September, antrean beli (bid) mencapai lebih dari 12 juta lot.
Melalui laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Direktur PT Diamond Citra Propertindo Bayu Setiawan, mengungkapkan terjadinya fluktuasi harga merupakan hasil dari mekanisme pasar yang dinamis, dipengaruhi oleh dinamika permintaan dan penawaran. Perseroan juga berkomitmen untuk memberikan informasi yang transparan dan akurat kepada para investor, agar mereka dapat mengambil keputusan investasi yang tepat.
"Perusahaan saat ini melakukan proses serah terima unit di sejumlah proyek properti seperti Plaza Convill dan appel3. Selain itu, perusahaan berupaya menjaga keseimbangan antara pengembangan perumahan dan lingkungan hijau kawasan," ujar Bayu, dikutip Sabtu, 27 September 2025.
Sementara itu, Diamondland telah membuktikan komitmen dengan mengembangkan 20 proyek residensial dan komersial di wilayah Jabodetabek, mulai dari groundbreaking hingga serah terima. Diamondland juga sukses membangun hunian vertikal, Dave Apartment di dekat Universitas indonesia. Kemudian Apple 1 Condovilla di Jakarta Selatan.
Di sisi lain, rumor menyebutkan Vanguard mengincar valuasi hingga USD100 miliar untuk DADA. Dengan jumlah saham beredar 7,4 miliar lembar, maka market cap USD100 miliar ÷ 7,4 miliar lembar, sehingga valuasinya adalah USD13,5 per lembar. Jika dikonversi ke rupiah, inilah yang menghasilkan angka mencengangkan: Rp230 ribu per lembar saham DADA. Sejarah menunjukkan, Vanguard berkali-kali berhasil membawa saham kecil ke valuasi raksasa.
.jpg)
'Radar' Vanguard cium peluang bisnis di Indonesia
Namun, Vanguard tidak bergerak langsung. Mereka dikenal piawai menggunakan "proxy" atau mitra regionalnya. Kali ini, dua raksasa properti TBK asal Jepang diduga menjadi pintu masuk Vanguard untuk menanamkan modal raksasanya ke Indonesia.
Vanguard bukan sekadar investor biasa. Mereka memiliki tim analis global yang terbukti berulang kali mampu membaca arah kebijakan ekonomi suatu negara. Dengan radarnya, Vanguard melihat peluang besar di Indonesia.
Perusahaan melihat pemerintahan baru di Indonesia dengan meluncurkan kebijakan Rp200 triliun dana yang sebelumnya mengendap di Bank Indonesia, digelontorkan ke sektor riil melalui bank-bank pemerintah. Likuiditas besar ini otomatis akan mengalir deras ke sektor properti, memicu pembangunan dan pertumbuhan ekonomi domestik.
Vanguard membaca jelas inilah momentum emas. Indonesia sedang membuka babak baru, dan saham properti, khususnya DADA, adalah kendaraan yang tepat untuk menunggangi gelombang besar ini.
Namun, perjalanan menuju Rp230 ribu tidak akan mulus. Investor harus siap menghadapi kenaikan ekstrem yang berujung suspen bursa 1-3 kali, status Full Call Auction (FCA) yang akan menguji kesabaran investor, serta koreksi tajam yang seringkali membuat ritel panik dan menjual terlalu cepat. Saham ini butuh waktu, ibarat lari maraton, bukan sprint.
Jika diamati, skenario besar ini sudah mulai berjalan. Pengendali perlahan "dipaksa" melepas saham agar free float semakin besar. Kemudian, adanya pembagian dividen mulai dipersiapkan, sehingga menarik institusi global. Selain itu, RUPS strategis diarahkan untuk melepas DADA dari status FCA.
Saham DADA menuju Rp230 ribu bukan hal mustahil. Dengan kebijakan pemerintah baru yang radikal, aliran dana asing melalui proxy Jepang, dan strategi akumulasi Vanguard, skenario ini bisa menjadi kenyataan.