Pedagang Kantin di Yogyakarta Khawatir Omzet Menurun Imbas Program Makan Bergizi Gratis

Uji coba MBG di sekolah. Metrotvnews.com/Ahmad Mustaqim

Pedagang Kantin di Yogyakarta Khawatir Omzet Menurun Imbas Program Makan Bergizi Gratis

Ahmad Mustaqim • 8 January 2025 17:09

Yogyakarta: Pedagang kantin di sekolah cemas dengan program makan bergizi gratis (MBG). Para pedagang khawatir omzetnya merosot imbas program ini. Seorang pedagang kantin di SD Negeri Lempuyangwangi Kota Yogyakarta, Desi hanya bisa temenung saat ditanya menganai program MBG tersebut. Meski masih bisa berdagang, ia memperkirakan barang dagangannya yang terjual dipastikan menyusut. 

"Saya pribadi menjadi tulang punggung keluarga. Sebenarnya kekhawatiran ada, pasti akan berdampak ke kami," kata Desi di Yogyakarta pada Rabu, 8 Januari 2025. 

Anak-anak di SD Negeri Lempuyangwangi masih berduyun-duyun ke kantin saat jam istirahat dibunyikan. Namun, ia enggan membayangkan kondisi setelah sekolah tersebut menjalankan MBG. 

Kantin di sekolah tersebut berkonsep seperti warung prasmanan. Anak-anak yang jajan bisa memilih sesuai selera yang diinginkan. Setelah memilih dan mengambil makanan, lalu membayar ke kasir. 
 

Baca: Siswa di Aceh dan Jakarta Antusias Santap Menu Makan Bergizi Gratis

Sebagai pengelola kantin, ia memiliki lima orang karyawan. Artinya, mereka juga menyambung perekonomian keluarga dari pekerjaan di kantin itu, baik sebagai pramuniaga maupun koki. 

Dalam situasi itu, Desi menginginkan pemerintah turut memperhatikan orang-orang yang menggantungkan hidupnya di lingkungan sekolah. Apalagi mereka sudah bekerja bertahun-tahun di kantin sekolah. 

"Kalau (MBG) ini menjadi program pemerintah ya saya berharap (orang-orang yang bekerja) di kantin (sekolah) juga dipikirkan," ucapnya.

Dalam gambarannya, pemberian MBG diatur sedemikian rupa agar kantin tetap beroperasi dan orang-orang yang bekerja di dalamnya bertahan. Barang dagangan yang dijual di kantin juga nasi bungkus seherga Rp3 ribu. Siswa-siswa sekolah yang sudah mendapat MBG hampir dipastikan tidak lagi jajan nasi bungkus di kantin. 

"Kalau ada MBG otomatis (penjualan) nasinya akhirnya terganggu juga. Anak-anak di sini kalau sudah makan sudah selesai, ga jajan lagi," ujarnya.

Sementara, pedagang di kantin SMP Negeri 4 Yogyakarta, Pardi merasakan kecemasan serupa. Berjualan sejak 2013 silam, ia sudah berpasaran sejak rencana pemerintah merealisasikan MBG. 

"Pasrah, ya mau bagaimana. Kalau pengaruh mungkin juga pengaruh. Kalau minuman mungkin masih (laku) tapi kalau makanan itu ga tau," katanya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Whisnu M)