Pembersihan pohon tumbang. Dokumentasi/Istimewa
Ahmad Mustaqim • 19 March 2025 18:34
Gunungkidul: Hujan deras yang terjadi di wilayah Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebabkan longsor dan pohon tumbang di puluhan lokasi. Otoritas setempat bersama warga tengah menangani dampak tersebut.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunungkidul, Sumadi, mengungkapkan longsor akibat hujan deras terjadi di Desa Mertelu, Kecamatan Gedangsari. Longsor ini terjadi pada talut warga yang tak mampu menahan air hujan.
"(Dampak longsor) belum ditangani. Diperkirakan akibat talut longsor ini, pemilik mengalami kerugian Rp2 juta,” kata Sumadi dihubungi, Rabu, 19 Maret 2025.
Sumadi juga mengatakan ada 22 laporan pohon tumbang yang terjadi di sejumlah lokasi. Sebanyak 18 pohon tumbang terjadi di Kecamatan Semanu, yang juga mengakibatkan kerusakan rumah, kandang, dan instalasi listrik PLN.
"Berikutnya titik pohon tumbang ada di Kapanewon (kecamatan) Karangmojo, Wonosari, Semin, dan Paliyan. Upaya pendataaan terus dilakukan," kata dia.
Ia menyatakan evakuasi dan pembersihan pohon tumbang dilakukan bertahap. Menurut dia, penanganan berjalan lancar sejak hujan mereda.
"Evakuasi yang menyangkut dengan instalasi kelistrikan dikomunikasikan dengan PLN. Yang jelas, hingga sekarang belum ada laporan terkait dengan korban jiwa," ujarnya.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Gunungkidul, Purwono mengatakan cuaca ekstrem masih mengintai dalam beberapa waktu ke depan. Selain musim hujan, kondisi saat ini juga dalam masa peralihan ke musim kemarau. Kawasan-kawasan rawan longsor di antaranya ada di Kecamatan Gedangsari, Ngawen, Nglipat, Patuk, dan Semin.
"Dampak dari bencana hidrometeorologi harus diwaspadai. Upaya mitigasi juga butuh peran dan partisipasi aktif dari masyarakat," ucapnya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat serta pemerintah daerah meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem sepekan ke depan. Ada potensi peningkatan curah hujan dan gelombang tinggi di sejumlah wilayah Indonesia.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan kondisi ini disebabkan keberadaan Bibit Siklon Tropis 91S di Samudra Hindia sebelah selatan Jawa Barat. Dipadukan dengan aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO).
Berdasarkan analisis per pukul 07.00 WIB, Senin, 17 Maret 2025, Bibit Siklon Tropis 91S memiliki kecepatan angin maksimum 15 knots (28 km/jam) dan tekanan udara minimum 1010 hPa. Sistem ini bergerak ke arah barat-barat daya menjauhi wilayah Indonesia, dengan potensi berkembang menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan pada kategori rendah.