Inayatul Muthmainnah Syafaruddin menunaikan ibadah haji bersama ayahnya, Syafaruddin. Foto: Media Center Haji.
Madinah: Terik matahari di Madinah, Arab Saudi, tak menghalangi beberapa jemaah haji untuk berfoto di depan Masjid Syuhada kompleks Jabal Uhud, situs bersejarah terkait perang Uhud masa Nabi Muhammad SAW. Di antara jemaah itu ada Inayatul, seorang dokter umum berusia 28 tahun yang baru saja menikah 3 minggu lalu.
Perempuan bernama lengkap Inayatul Muthmainnah Syafaruddin itu akrab disapa dr. Naya. Ia menggantikan ibunya yang meninggal dunia pada 2021 untuk berhaji bersama ayahnya.
Naya masih merasakan kesedihan saat mengenang ibunya yang meninggal karena menderita sakit gula. Ia sesekali bersandar di bahu sang ayah, Syafaruddin Pagising, 57, karena merasakan kesedihan yang mendalam.
Baginya, jabal Uhud adalah simbol keikhlasan dan pengorbanan, seperti perasaan Nabi Muhammad SAW kehilangan sang paman, Hamzah. Namun harus tetap terlihat tegar, sabar dan menguatkan hati kaum muslimin dari rasa kecewa mengalami kekalahan.
Tak mudah bagi Inayatul untuk pergi berhaji menemani sang ayah. Sebab, harus meninggalkan suaminya dalam waktu yang lama, dan hanya dengan harapan selalu sehat saat kembali. Namun, ia tetap bersemangat dan optimis untuk menjalankan ibadah haji bersama ayahnya.
Syafaruddin, ayah Naya menceritakan, dirinya bersama almarhumah istrinya, ibunda Naya, merantau sebagai TKI ke Malaysia pada 1996. Syafaruddin mendaftarkan diri untuk berhaji bersama istrinya pada 2011. Namun Allah berkehendak lain, sang istri harus menghadap Sang Pencipta lebih awal.
"Istri saya meninggal di Malaysia. Saya kebumikan di Bulukumba, selepas itu saya urus surat di Kementerian Agama agar hajinya digantikan anak saya," jelas Syafaruddin saat berbincang dengan teman-teman dari Media Center Haji (MCH) Madinah, Rabu, 14 Mei 2025.
Naya dan ayahnya tergabung dalam kloter 14 UPG (Ujung Pandang), berangkat dari Bandar Udara Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, pada Sabtu, 10 Mei 2015, sekitar pukul 12.25 Wita dengan kode penerbangan GIA 1114. Tiba di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMMA) Madinah pada hari yang sama, pukul 21.13 Waktu Arab Saudi (WAS).
Keduanya kompak mengaku senang. Sebab, pelayanan yang diterima cukup baik.
"Alhamdulillah, saya senang karena pelayanannya baik, petugas yang melayani juga semangat kak," kata Naya.
Naya dan ayahnya bersyukur bisa beribadah haji dengan khidmat. Meski harus meninggalkan suami dan mengenang ibu yang meninggal dunia.
Naya adalah jemaah haji pelimpahan dengan porsi Jemaah haji meninggal dunia. Mengacu pada dokumen lampiran Keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nomor 245 Tahun 2021 tentang Standar Operasional Prosedur Pelimpahan Nomor Porsi Jemaah Haji Reguler, disebutkan bahwa pelimpahan nomor porsi adalah pengalihan nomor porsi jemaah haji yang sakit permanen atau meninggal dunia kepada penerima pelimpahan.
Kemudian disebutkan bahwa nomor porsi jemaah haji sakit permanen atau meninggal dunia sebelum keberangkatan dapat dilimpahkan kepada suami, istri, ayah, ibu, anak kandung, atau saudara kandung.
Dijelaskan pula, penerima pelimpahan nomor porsi jemaah haji sakit permanen atau meninggal dunia beragama Islam. Llau, berusia minimal 12 tahun pada saat pengajuan pelimpahan.
Sebagaimana disampaikan Kepala Seksi Data dan SIHDU (Sistem Informasi Haji Terpadu) Daerah Kerja Madinah, Dwi Kumala Mursyid, Rabu, 14 Mei 2025, pada tahun ini tercatat pelimpahan nomor porsi karena meninggal dunia sebanyak 12.087, dan pelimpahan nomor porsi karena sakit permanen sebanyak 1.697. Dengan demikian, total 13.808 nomor porsi jemaah haji yang merupakan pelimpahan jemaah haji meninggal dunia dan sakit permanen.