Pernah Dituduh Mencoba Bunuh Trump, Presiden Iran: Kami Tak Akan Melakukannya!

Presiden Iran Masoud Pezeshkian. Foto: Anadolu

Pernah Dituduh Mencoba Bunuh Trump, Presiden Iran: Kami Tak Akan Melakukannya!

Fajar Nugraha • 15 January 2025 19:08

Teheran: Presiden Iran Masoud Pezeshkian, membantah klaim masa lalu dari Donald Trump dan Pemerintah Amerika Serikat (AS). Klaim itu berupa rencana membunuh Trump.

Pada November, Kementerian Kehakiman AS mendakwa seorang pria Iran terkait dengan dugaan rencana yang diperintahkan oleh Korps Garda Revolusi Iran untuk membunuh presiden terpilih AS tersebut. Penegak hukum menggagalkan dugaan rencana tersebut sebelum serangan apa pun dilakukan.

Trump juga mengatakan tahun lalu selama kampanye pemilihan AS bahwa Iran mungkin berada di balik upaya untuk membunuhnya.

"Tidak ada sama sekali," kata Pezeshkian dalam wawancara NBC News pada  Selasa 14 Januari 2025, ketika ditanya apakah ada rencana Iran untuk membunuh Trump.

"Kami tidak pernah mencoba ini sejak awal dan tidak akan pernah melakukannya,” tegas Pezeshkian.

Trump, yang memenangkan pemilihan AS tahun lalu dan akan menjabat pada hari Senin, selamat dari dua upaya pembunuhan selama kampanye - satu pada September saat ia bermain golf di lapangannya di West Palm Beach, Florida, dan yang lainnya selama rapat umum bulan Juli di Butler, Pennsylvania. Penyelidik tidak menemukan bukti keterlibatan Iran dalam keduanya.

Iran sebelumnya juga membantah klaim AS bahwa mereka mencampuri urusan Amerika, termasuk melalui operasi siber.

Teheran mengatakan, Washington telah mencampuri urusannya selama beberapa dekade, dengan menyebutkan berbagai peristiwa mulai dari kudeta tahun 1953 terhadap seorang perdana menteri hingga terbunuhnya komandan militernya dalam serangan pesawat nirawak AS tahun 2020.

Pezeshkian juga mengklaim Iran tidak mencari "persenjataan nuklir" dan memperingatkan Trump agar tidak mengambil risiko "perang" dengan republik Islam itu.

"Saya berharap Trump akan membawa perdamaian di kawasan dan dunia, bukan sebaliknya, berkontribusi pada pertumpahan darah atau perang," kata Pezeshkian dalam wawancara dengan NBC News yang berlangsung kurang dari seminggu sebelum Trump kembali ke Gedung Putih.

Washington tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Teheran selama hampir 45 tahun, dan Trump mengancam selama kampanye presidennya baru-baru ini bahwa sekutu AS, Israel, dapat menyerang fasilitas nuklir Iran.

"Kami akan bereaksi terhadap tindakan apa pun. Kami tidak takut perang, tetapi kami tidak menginginkannya," kata Pezeshkian tentang prospek serangan militer Israel yang didukung AS terhadap situs nuklir Iran.

Menteri luar negeri Iran Abbas Araghchi melaporkan pada hari Selasa bahwa negara-negara Eropa serius untuk melanjutkan negosiasi program nuklir.

Pada tahun 2015, Iran dan negara-negara besar dunia -,termasuk Prancis, Inggris, dan Jerman,- mencapai kesepakatan yang meringankan sanksi internasional terhadap Teheran dengan imbalan pembatasan program nuklirnya.

Namun, Amerika Serikat, selama masa jabatan pertama Trump, secara sepihak menarik diri dari perjanjian tersebut pada tahun 2018 dan menerapkan kembali sanksi ekonomi yang menggigit.

Teheran mematuhi kesepakatan tersebut hingga Washington menarik diri, tetapi kemudian mulai membatalkan komitmennya.

"Kami tidak berusaha membuat persenjataan atau persenjataan nuklir," kata Pezeshkian. "Namun, mereka menuduh kami berusaha membuat bom."

Ketika ditanya oleh pembawa acara NBC News Lester Holt tentang kemungkinan mengadakan pembicaraan dengan Trump begitu ia kembali berkuasa, pemimpin Iran itu bersikap skeptis.

"Masalah yang kita hadapi bukan pada dialog. Masalahnya terletak pada komitmen yang muncul dari pembicaraan dan dialog yang harus kita patuhi," kata Pezeshkian.

"Pihak lain tidak menepati janji dan kewajibannya,” pungkas Pezeshkian.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)