Wisata halal di sebuah pantai di Antalya, Turki. Foto: Anadolu
Jakarta: Wisata halal kini tak lagi sekadar ceruk pasar, melainkan telah menjelma menjadi kekuatan besar dalam industri pariwisata dunia. Dengan nilai pasar yang mencapai lebih dari USD256,5 miliar pada 2023 dan proyeksi melonjak hingga USD410,9 miliar pada 2032, tren ini menunjukkan betapa pentingnya peran wisatawan Muslim dalam peta perjalanan global.
Data Crescent Rating menunjukkan 80 juta wisatawan Muslim internasional telah melakukan perjalanan pada paruh awal 2024, dan jumlahnya diperkirakan akan melonjak menjadi 230 juta dalam empat tahun ke depan.
Menurut pakar industri, nilai ekonomi halal Islam dunia diproyeksikan mencapai 7,7 triliun dolar Amerika pada tahun ini, naik signifikan dari 5,7 triliun pada 2021 dan lebih dari dua kali lipat angka 3,2 triliun pada 2015.
Apa itu pariwisata halal?
Halal istilah dari Arab yang berate “diizinkan” dan mencakup lebih dari sekedar makanan.
Pariwisata halal merupakan bentuk layanan perjalanan yang dirancang sesuai dengan nilai dan kebutuhan umat Muslim. Istilah halal sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti “diperbolehkan”, dan penerapannya tidak terbatas hanya pada makanan.
Dalam praktiknya, wisata halal mencakup penyediaan makanan halal, tempat ibadah, ketersediaan air untuk berwudhu di fasilitas umum, opsi pemisahan antara laki-laki dan perempuan, serta pengalaman wisata yang bebas dari aktivitas terlarang, seperti konsumsi alkohol maupun perjudian.
Mengapa konsep pariwisata halal harus tersedia?
CEO
Crecent Rating, Fazal Bahardeen, mengatakan kepada
Al Jazeera bahwa “Wisatawan Muslim memiliki motivasi yang sama dengan wisatawan lainnya. Mereka ingin merasakan budaya destinasi mereka.”
Perbedaan mendasar terletak pada upaya wisatawan Muslim untuk tetap mendapatkan pengalaman berwisata tanpa harus meninggalkan kewajiban dasar agamanya. Konsep ini tidak bisa disamakan hanya dengan perjalanan religi.
Dalam laporannya,
Crescent Rating memperkirakan nilai pasar perjalanan Muslim akan menembus USD300 miliar pada 2026, yang dipandang sebagai “peluang strategis bagi berbagai destinasi dan penyedia layanan untuk menjangkau audiens yang terus bertumbuh.”
Apakah industri wisata halal menunjukkan perluasan pasar?
CEO dan pendiri Halal Tourism Britain, Abdul Maalik Tailor, menilai pariwisata halal “adalah pasar yang belum dimanfaatkan namun memiliki potensi.”
Abdul Maalik Tailor, mengatakan kepada Al Jazeera, bahwa “Awalnya, para pelancong Muslim hanya akan melakukan ziarah keagamaan atau berkunjung ke 'kampung halaman'."
"Namun seiring berkembangnya komunitas, terutama generasi muda yang memiliki pengeluaran berlebih, menjadi jelas bahwa kebutuhan mereka harus dipenuhi," ujar CEO dan pendiri Halal Tourism Britain, Abdul Maalik Tailor.
Fazal Bahardeen, mengatakan banyak destinasi wisata populer kini “meyadari potensi ini dan meningkatkan penawaran mereka agar lebih inklusif.”
Selain Malaysia dan Thailand yang menjadi tujuan utama, destinasi populer lainnya bagi wisatawan Muslim mencakup Singapura, Inggris, Taiwan, dan Hong Kong.
Pada Juli tahun lalu, Pemerintah Thailand meluncurkan rencana aksi industri halal guna memperkuat standar serta mempromosikan produk lokal. Bangkok berharap, pertumbuhan industri halal dapat menopang pemulihan ekonominya yang sangat bergantung pada sektor pariwisata dan sempat terpukul akibat pandemi covid-19.
Pada November lalu, Dewan Pariwisata Hong Kong memperkenalkan program untuk mengembangkan fasilitas ramah Muslim guna meningkatkan pengalaman wisatawan.
Dalam pernyataan kepada
Al Jazeera, lembaga tersebut menjelaskan upayanya mendorong restoran, hotel, destinasi wisata, dan pelaku usaha lainnya untuk meninjau tingkat keramahan Muslim, sekaligus memperluas pemahaman tentang pentingnya sertifikasi halal. Mereka juga merilis daftar hotel, restoran, dan objek wisata yang telah memperoleh sertifikasi resmi.
Sementara itu, sejak 2019 Taiwan konsisten menempati peringkat atas sebagai destinasi ramah Muslim menurut Crescent Rating. Adapun Filipina kembali mempertahankan statusnya sebagai destinasi ramah Muslim yang tengah berkembang untuk tahun kedua berturut-turut pada 2024.
Menteri Pariwisata Filipina, Christina Frasco, tahun lalu menegaskan bahwa pihaknya menyadari pentingnya pariwisata halal serta potensinya dalam mendorong pertumbuhan dan memperkaya keragaman industri pariwisata nasional.
Ia menambahkan bahwa memenuhi kebutuhan wisatawan Muslim melalui pengembangan sektor pariwisata halal menjadi langkah kunci untuk meningkatkan daya saing Filipina di pasar pariwisata global.
Sementara itu, Zanzibar juga menggelar Pameran Pariwisata Halal tahun lalu dengan tujuan menarik investasi sekaligus minat wisatawan. Seorang pejabat pariwisata setempat mengatakan kepada Al Jazeera bahwa inisiatif tersebut diharapkan dapat memperkuat bisnis lokal yang telah lebih dulu menyediakan layanan serupa.
Pendiri Halal Tourism Britain mengatakan, “peningkatan jumlah negara non-Muslim yang melayani pariwisata Halal menunjukkan tren positif dalam pertumbuhan pasar.”
Faktor apa saja yang mendorong pertumbuhan wisata halal?
Menurut Tailor, selain pertumbuhan populasi Muslim yang terus meningkat sebagai faktor pendorong, alasan penting lainnya adalah munculnya kelas menengah dengan daya beli lebih besar dan minat tinggi untuk berwisata.
“Semakin banyak destinasi, baik Muslim maupun non-Muslim, yang menyadari potensi tersebut dan secara aktif memasarkan diri mereka untuk menciptakan pengalaman yang berbeda,” ujar CEO dan pendiri Halal Tourism Britain, Abdul Maalik Tailor.
Kita juga perlu menyadari bahwa di era yang kita jalani saat ini, narasi tersebut dapat diceritakan oleh para
influencer Muslim dan Merek Muslim yang juga memanfaatkannya, dan menyadari bahwa non-Muslim yang mungkin mengidentifikasi diri sebagai wisatawan halal semakin ingin merasakan pengalaman yang sama.
Sekitar 70 persen populasi Muslim Global berusia dibawah 40 tahun.
Crescent Rating memprediksi bahwa “pada tahun 2034, populasi Muslim akan mengalami peningkatan substansial pada kelompok usia menengah (21-30 dan 31-40), yang merupakan segmen demografi perjalanan utama karena aktivitas ekonomi dan kecenderungan perjalanan mereka.”
Fazal Bahardeen mengatakan dia telah menjadi bagian dari industri ini selama 16 tahun terakhir, dan “perubahan dalam pariwisata halal sangat besar.”
"Saat kami mulai, konsep ini masih niche dengan kesadaran yang terbatas. Kini, konsep ini telah dikenal luas di seluruh industri perjalanan, dengan seluruh segmen didedikasikan untuk mengakomodasi wisatawan Muslim. Tingkat kesadaran, inovasi, dan investasi di sektor ini telah berkembang secara signifikan,” CEO
Crecent Rating, Fazal Bahardeen.
(Muhammad Fauzan)