Kamala Harris, Wakil Presiden sekaligus calon presiden AS. (EFE/EPA)
Marcheilla Ariesta • 4 November 2024 18:16
Jakarta: Pemilih Presiden Amerika Serikat (AS) tinggal sehari lagi. Kamala Harris dari Demokrat dan Donald Trump dari Republik bersaing memperebutkan kursi nomor satu di negara Adidaya tersebut.
Nama keduanya tak asing, sebab Harris adalah Wakil Presiden AS saat ini dan Trump mantan presiden AS di 2016-2020.
Dari hasil jajak pendapat, perbedaan suaranya sangat tipis. Kadang Trump di atas, kadang Harris unggul.
Masih ada tujuh negara bagian yang dianggap swing state dan bisa menjadi pengubah suara di detik terakhir. Dan sejauh ini, Harris disebut-sebut lebih unggul dari Trump.
Namun, jika Kamala Harris menang, apakah AS sudah siap memiliki presiden perempuan? Pasalnya, sepanjang sejarah Negeri Paman Sam tak pernah punya perempuan sebagai pemimpinnya.
Ketua Kajian Amerika Serikat Universitas Indonesia, Suzie Sudarman mengatakan, AS mungkin belum siap memiliki presiden perempuan. Namun, negara adidaya itu tentunya tidak akan sanggup menerima blunder Trump.
“Project 2025 (milik Trump) menakutkan banyak kalangan perempuan, sehingga akhirnya seperti kata mantan juru bicara Trump, Anthony Scaramucci, ‘perempuan akan melindungi negara ini dari Donald Trump, tak peduli ia suka atau tidak’, ia menyampaikannya di X Maret lalu,” kata Suzie kepada Medcom.id, Senin, 4 November 2024.
Suzie menegaskan, ?ni adalah kelanjutan dar? perjuangan perempuan AS. “Sangat inspiring karena perempuan selalu dikalahkan kepentingannya di AS,” ungkapnya.
Suzie menjelaskan, hak memilih untuk perempuan baru ada secara nasional di tahun 1920. Padahal, Gerakan perempuan memilih sudah ada sejak 1869 yang dibangun oleh Susan B. Anthony, Elizabeth Cady Stanton, Lucy Stone dan Frances Ellen Watkins Harper.
“Mereka akhirnya bersatu membangun National American Woman Suffrage Association (NAWSA) dipimpin oleh Susan B. Anthony,” terang Suzie.
Ia menambahkan, The Women’s Christian Temperance Union (WCTU) adalah organisasi Kaum Perempuan yang terbesar didirikan tahun 1873 juga mendorong hak memilih Kaum perempuan AS.
Berharap agar Mahkamah Agung AS memutuskan hak untuk memilih secara konstitusional, namun ditolak. Anthony berhasil memilih di tahun 1872, namun kemudian ditahan yang menjadi pendorong lebih lanjut perjuangan kaum perempuan AS.
Negara bagian pertama yang memberikan hak memilih bagi kaum perempuan adalah Wyoming pada 1869, lalu Utah tahun 1870, Colorado tahun 1893, Idaho di tahun 1896, Washington di tahun 1910, California di tahun 1912, Oregon dan Arizona di tahun 1912, Montana di tahun 1914, North Dakota, New York dan Rhode Island di tahun 1917, dan terakhir Louisiana, Oklahoma, dan Michigan di tahun 1918.
Pada 1916, Alice Paul membentuk the National Woman’s Party (NWP), kelompok yang fokusnya pada upaya mewujudkan amandemen hak pilih secara Nasional (National Suffrage Amandment).
Kemudian lahir upaya mewujudkan Equal Rights Amendement (ERA) yang melarang diskriminasi secara seksual. ERA dibuat oleh Alice Paul dan Chrystal Eastman dan di diperjuangkan di Congress di Desember 1923 sebagai usulan amandemen konstitusi. Hal ini akan mengakhiri perbedaan antara loris dan perempuan dalam hal yang berkenaan dengan perceraian, hak milik, pekerjaan dan hal lainnya.
ERA disetujui Congress di tahun 1972 lalu dikirim kembali ke negara-negara bagian untuk diratifikasi.
“Sebanyak 36 negara bagian meratifikasi kurang dua negara bagian (38) untuk bisa menjadi bagian dar? Konstitusi,” seru Suzie.
Di 1979, Congress dan President Carter memperpanjang jadwal ratifikasi menjadi 3 tahun namun tidak satu pun negara bagian yang mendukung ERA dan ERA gagal menjadi amandemen.
“Jadi ada semacam revolusi yang terjadi di masa ini dengan kaum perempuan bersatu baik perempuan anggota Partai Demokrat maupun anggota Partai Republik,” ungkap Suzie.
Dan tanpa disangka, ucap Suzie, soal reproductive right (hak reproduksi) menjadi pemicu Gerakan perempuan AS yang sudah diimpikan bersama. Yang jika dilihat dari kampanye Donald Trump, seperti tidak ada gunanya karena kodrat perempuan adalah melahirkan.
“Sebuah resolusi diam yang nyata, sudah terjadi,” kata Suzie.
“Ini Sebuah proses alami, semoga menjadi inspirasi dar? perempuan di dunia soal patriarki dalam kapitalisme yang menyebabkan penderitaan kaum perempuan,” pungkasnya.
Baca juga: Menimbang Peluang Kemenangan Harris dan Trump di Pilpres AS 2024