Harris dan Trump Miliki Peluang yang Hampir Sama untuk Menang

Kamala Harris dan Donald Trump bersaing ketat di pilpres AS 2024. (EPA)

Harris dan Trump Miliki Peluang yang Hampir Sama untuk Menang

Willy Haryono • 5 November 2024 12:10

Washington: Pemilihan umum presiden Amerika Serikat (AS) yang akan berlangsung hari Selasa ini, 5 November 2024, telah menarik perhatian global, dengan jutaan warga AS memberikan suara mereka untuk memilih pemimpin berikutnya. Persaingan antara Kamala Harris dan Donald Trump tetap ketat, baik di tingkat nasional maupun di negara-negara bagian kunci. 

Posisi keduanya begitu dekat sehingga margin of error dalam jajak pendapat bisa mengubah segalanya, membuat salah satu dari mereka mungkin unggul dua atau tiga poin dan memenangkan pilpres AS 2024 dengan nyaman.

Ada banyak alasan yang menunjukkan mengapa masing-masing kandidat memiliki peluang untuk mengamankan koalisi pemilih di lokasi-lokasi strategis, lalu memastikan pemilihnya datang ke tempat pemungutan suara (TPS). 

Melansir dari BBC, berikut sepuluh alasan mengapa baik Trump maupun Harris memiliki peluang besar untuk menang.

Mengapa Trump Berpeluang Menang

1. Dia Tidak Sedang Menjabat

Ekonomi tetap menjadi isu utama bagi pemilih. Meski tingkat pengangguran rendah dan pasar saham tumbuh, banyak warga AS merasakan tekanan harga yang lebih tinggi. 

Trump dapat mempertanyakan apakah kondisi hidup warga lebih baik daripada empat tahun lalu, di tengah kenaikan inflasi yang mengingatkan pada 1970-an.

Saat ini, hanya seperempat warga AS yang puas dengan arah negara, dan keinginan untuk perubahan tampak besar.

2. Dia Tahan terhadap Berita Buruk

Dukungan terhadap Trump tetap stabil meski berbagai kasus hukum dan skandal yang melibatkannya. Sebagian besar pendukung Trump memandangnya sebagai korban serangan politik, sehingga ia hanya perlu meraih hati segelintir pemilih yang belum menentukan pilihan.

3. Isu Imigrasi Menjadi Daya Tarik Kuat

Trump bertaruh bahwa imigrasi akan menjadi isu yang lebih kuat dibandingkan aborsi. Peningkatan imigrasi di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden, termasuk dampaknya di negara bagian non-perbatasan, membuat Trump lebih dipercaya untuk menangani isu ini, khususnya di kalangan pemilih Latin.

4. Banyak Pemilih Tidak Memiliki Gelar Akademis

Trump berhasil menarik dukungan dari pekerja yang merasa terabaikan, yang banyak di antaranya sebelumnya mendukung Demokrat.

Jika Trump dapat meningkatkan partisipasi pemilih di wilayah pedesaan dan pinggiran, hal ini bisa menutupi kehilangan suara dari pemilih Republikan yang berpendidikan tinggi.

5. Dipandang Sebagai Pemimpin Kuat di Tengah Dunia yang Tidak Stabil

Meski dikritik karena hubungan dengan pemimpin otoriter, Trump mengeklaim bahwa kebijakan dan sikapnya yang sering tidak terduga adalah kekuatannya.

Sebagian besar warga AS yang kecewa dengan dukungan besar terhadap Ukraina dan Israel mungkin melihat Trump sebagai figur yang lebih kuat dibandingkan Harris.

Mengapa Harris Berpeluang Menang

1. Dia Bukan Trump

Meski Trump memiliki banyak pendukung, dia juga adalah figur yang sangat memecah belah. Harris memainkan ketakutan warga akan kemungkinan kembalinya Trump. Ia berupaya menarik perhatian pemilih moderat dan independen sebagai kandidat yang menjanjikan stabilitas.

2. Dia Juga Bukan Biden

Saat Biden mengundurkan diri, Demokrat berhasil bersatu mendukung Harris. Harris membawa pesan yang lebih segar, yang menarik bagi basis Demokrat, sekaligus mengurangi kritik tentang usia dan kebugaran Biden yang sebelumnya menjadi serangan Republikan.

3. Mendukung Hak-Hak Perempuan

Sebagai pilpres pertama sejak pencabutan Roe v Wade, pemilih yang mendukung hak aborsi lebih cenderung mendukung Harris. Keberadaan isu ini dapat meningkatkan partisipasi pemilih, terutama di negara bagian kunci yang memiliki inisiatif pemungutan suara terkait aborsi.

4. Pendukungnya Lebih Mungkin Hadir di TPS

Kelompok pemilih yang mendukung Harris, seperti mereka yang berpendidikan tinggi dan lansia, cenderung lebih disiplin hadir di TPS. 

Demokrat biasanya lebih kuat di kalangan pemilih dengan partisipasi tinggi, sementara Trump meraih dukungan di kelompok yang cenderung lebih rendah partisipasinya, seperti pria muda tanpa gelar sarjana.

5. Mengumpulkan dan Menggunakan Lebih Banyak Dana

Pemilihan kali ini diprediksi menjadi yang termahal dalam sejarah. Harris berhasil menggalang dana lebih besar sejak menjadi kandidat dibandingkan Trump. Hal ini memungkinkan kampanye Harris untuk lebih gencar memasang iklan di negara bagian kunci, yang dapat berdampak signifikan di tengah persaingan ketat. 

Dengan kedua kandidat masih memiliki kesempatan menang, perhatian utama tertuju pada siapa yang mampu menggerakkan pemilih di negara-negara bagian kunci yang menentukan. (Muhammad Reyhansyah)

Baca juga:  Harris vs Trump: Siapa yang Lebih Berpeluang Menang di Pilpres AS 2024?

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)