Wall Street Variatif, Dow Jones Melesat 243 Poin

Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Wall Street Variatif, Dow Jones Melesat 243 Poin

Ade Hapsari Lestarini • 30 August 2024 07:19

New York: Bursa saham AS berakhir bervariasi pada perdagangan Kamis, karena Wall Street memberikan respons yang tidak bersemangat terhadap hasil terbaru Nvidia. Meskipun produsen cip itu mencatatkan pertumbuhan yang mengesankan, yang telah menjadi pendorong utama reli pasar tahun ini.

Melansir Xinhua, Jumat, 30 Agustus 2024, indeks Dow Jones Industrial Average naik 243,63 poin atau 0,59 persen menjadi 41.335,05. Indeks S&P 500 turun 0,22 poin atau 0,00 persen menjadi 5.591,96. Nasdaq Composite Index turun 39,60 poin atau 0,23 persen menjadi 17.516,43.

Tujuh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona hijau, dengan sektor energi dan keuangan memimpin penguatan dengan masing-masing naik 1,26 persen dan 0,85 persen.

Sementara itu, sektor teknologi dan barang kebutuhan pokok konsumen memimpin penurunan dengan masing-masing turun 0,74 persen dan 0,47 persen.

 

Baca juga: Siapapun Pemenang Pilpres AS, Wall Street Bakal Melonjak
 

PDB AS tumbuh


Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan dalam estimasi keduanya yang dirilis Kamis, produk domestik bruto (PDB) AS tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 3,0 persen pada kuartal kedua tahun ini. Ini adalah revisi ke atas dari tingkat yang dilaporkan sebelumnya sebesar 2,8 persen.

Belanja konsumen, yang mencakup lebih dari dua pertiga ekonomi AS, direvisi ke atas menjadi tingkat pertumbuhan 2,9 persen, dibandingkan dengan estimasi sebelumnya sebesar 2,3 persen. Peningkatan ini membantu mengimbangi revisi ke bawah dalam investasi bisnis, ekspor, dan investasi inventaris swasta.

Sementara itu, klaim pengangguran mingguan AS turun menjadi 231 ribu, sedikit lebih rendah dari 232 ribu yang diharapkan oleh para ekonom. Minggu lalu, Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja melaporkan pertumbuhan lapangan kerja mungkin telah dilebih-lebihkan sebanyak 68 ribu pekerjaan per bulan dalam 12 bulan hingga Maret. Namun, sebagian besar ekonom menganggap estimasi revisi acuan ini menyesatkan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)