Tiongkok Tangkap Warga yang Jadi Mata-mata CIA

CIA dituduh jadikan seorang warga Tiongkok sebagai mata-mata. Foto: Associted Press

Tiongkok Tangkap Warga yang Jadi Mata-mata CIA

Fajar Nugraha • 11 August 2023 12:21

Beijing: Pihak berwenang Tiongkok pada Jumat 11 Oktober 2023 mengatakan, baru-baru ini mengungkap "kasus spionase" Badan Intelijen Pusat AS (CIA) yang melibatkan seorang warga negara Tiongkok bernama Zeng. Dia kedapatan memberikan ‘informasi rahasia inti’ demi uang.

 

Beijing telah meningkatkan upaya untuk memerangi mata-mata baru-baru ini, termasuk menerapkan undang-undang anti-spionase yang telah direvisi bulan lalu yang memberi pihak berwenang lebih banyak kekuatan daripada sebelumnya untuk menghukum apa yang mereka anggap sebagai ancaman terhadap keamanan nasional.

 

"Setelah penyelidikan yang teliti, otoritas keamanan negara memperoleh bukti kegiatan spionase Zeng dan, sesuai dengan hukum, mengambil tindakan paksa terhadapnya untuk menghilangkan bahaya pada waktu yang tepat," kata Kementerian Keamanan Negara Beijing dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan secara online, seperti dikutip AFP.

 

Rincian tentang hukuman Zeng tidak diberikan.

 

Pernyataan itu mengatakan bahwa Zeng yang berusia 52 tahun telah dikirim ke Italia untuk belajar, di mana dia berteman dengan seorang agen CIA yang ditempatkan di kedutaan AS di Roma.

 

Orang ini meyakinkan Zeng untuk memberikan "informasi sensitif tentang militer (Tiongkok)” dengan imbalan "kompensasi dalam jumlah besar" dan bantuan untuk Zeng dan keluarganya untuk pindah ke Amerika Serikat.

 

Zeng diduga menandatangani kontrak dengan pihak AS dan menerima pelatihan sebelum kembali ke Negeri Tirai Bambu untuk melakukan kegiatan spionase.

 

Kasus ini dengan cepat mendapat perhatian luas di Tiongkok, melonjak ke puncak daftar trending topik di situs media sosial Weibo pada Jumat pagi.

 

Revisi undang-undang anti-spionase Beijing telah menakuti banyak bisnis AS yang beroperasi di China karena hubungan antara kedua negara terus menurun.

 

Berdasarkan perubahan tersebut, "mengandalkan organisasi spionase dan agen mereka" serta perolehan "dokumen, data, materi, dan barang yang terkait dengan keamanan dan kepentingan nasional" secara tidak sah dapat dianggap sebagai pelanggaran mata-mata.

 

“Perubahan tersebut "elah menimbulkan kekhawatiran yang sah tentang melakukan aktivitas bisnis rutin tertentu, yang sekarang berisiko dianggap spionase", tulis Craig Allen, presiden Dewan Bisnis AS-Tiongkok, dalam sebuah blog baru-baru ini.

 

"Keyakinan di pasar Tiongkok akan semakin menderita jika undang-undang tersebut sering diterapkan dan tanpa kaitan yang jelas, sempit, dan langsung dengan aktivitas yang secara universal diakui sebagai spionase," tulis Allen.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)