Perekonomian Tiongkok Terus Melambat

Ekonomi Tiongkok. Foto: Unsplash.

Perekonomian Tiongkok Terus Melambat

Arif Wicaksono • 7 September 2023 12:04

Mumbai: Para pembuat kebijakan memperkirakan pertumbuhan Tiongkok akan terus melambat, bahkan mungkin lebih lambat dibandingkan perkiraan konsensus saat ini. Sulitnya melihat transisi Tiongkok dari perekonomian yang didorong oleh infrastruktur dan investasi menjadi perekonomian yang didorong oleh konsumsi, juga menjadi salah satu faktornya.

Mereka melihat krisis yang terjadi di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini lebih bersifat struktural dibandingkan siklus. Para pengambil kebijakan memperkirakan krisis ini akan berdampak pada prospek pertumbuhan global yang lebih rendah, namun juga membantu mengurangi beberapa tekanan inflasi seiring dengan menurunnya harga komoditas.

Mantan anggota Dewan Bank of Japan (BoJ) Takahide Kiuchi mengatakan kepada Reuters Global Markets Forum (GMF), ia memperkirakan tingkat pertumbuhan Tiongkok akan menurun hingga di bawah empat persen, atau bahkan di bawah tiga persen. Hal ini mungkin berdampak negatif terhadap perekonomian dunia. .

Sementara itu, mantan anggota Dewan BOJ lainnya, Goushi Kataoka, meramalkan masa depan yang buruk bagi perekonomian Tiongkok.

"Tingkat inflasi di Tiongkok sekitar nol persen, itu berarti distorsi permintaan domestik dan pasokan domestik," katanya, dilansir Channel News Asia, Kamis, 7 September 2023.

Aktivitas jasa Tiongkok melambat

Aktivitas jasa Tiongkok tumbuh pada laju paling lambat dalam delapan bulan pada Agustus, karena lemahnya permintaan terus membebani perekonomian. Hal ini menyusul pertumbuhan ekonomi pada 2022 yang tercatat pada salah satu level terburuknya dalam hampir setengah abad.

"Hal ini tentunya merupakan risiko guncangan permintaan eksternal yang negatif bagi Eropa dan perekonomian global," kata Anggota Dewan Gubernur Bank Sentral Eropa (ECB) Boris Vujcic, seraya menyatakan kewaspadaannya.

Kepala Bank Sentral Kroasia itu melihat semakin sempitnya ruang untuk kebijakan ekspansif di Tiongkok sehingga investor harus berhati-hati.

Rekan anggota dewan pemerintahan di ECB, Kepala Bank Sentral Austria Robert Holzmann, yakin dinamisme ekonomi tidak akan kembali ke Tiongkok selama pemerintahannya masih ragu-ragu mengenai arah yang harus diambil.

Pemulihan ekonomi Tiongkok

Sepanjang tahun 2023, Tiongkok telah kehilangan momentum pasca-Covid karena langkah-langkah stimulus, yang terbaru bertujuan untuk menopang sektor properti yang terlilit utang, gagal menghidupkan kembali konsumsi secara signifikan.

Pada saat yang sama, perekonomian Amerika Serikat dan Eropa sedang mencari cara untuk mengurangi ketergantungan mereka pada Tiongkok.

Dalam serangkaian wawancara dengan GMF, para pengambil kebijakan mengatakan bahwa harga komoditas yang lebih rendah akibat melemahnya Tiongkok dapat menjadi hikmah bagi bank sentral di sebagian besar negara maju yang kini bersiap untuk mengakhiri siklus kenaikan suku bunga paling agresif dalam sejarah untuk memerangi inflasi. .

Deputi Gubernur Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) Christian Hawkesby mengatakan harga komoditas yang lebih rendah akibat perlambatan yang lebih parah di Tiongkok bisa berarti tekanan inflasi mereda lebih cepat.

"RBNZ telah memperhitungkan periode yang cukup tenang untuk harga komoditas dalam proyeksi mereka, sebelum mereka melihat harga mulai naik lagi," kata Hawkesby.

"Tetapi jika kita menjalankan kembali proyeksi kita hari ini, maka prospeknya akan direvisi," tambah dia, mengacu pada harga susu global, yang jatuh ke level terendah sejak 2018 pada Agustus.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)