Indonesia Deflasi Lima Bulan Berturut-turut, Ini Penyebabnya

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers. Foto: Humas BPS.

Indonesia Deflasi Lima Bulan Berturut-turut, Ini Penyebabnya

M Ilham Ramadhan Avisena • 1 October 2024 14:01

Jakarta: Indonesia mengalami deflasi secara bulanan (month to month/mtm) pada September 2024 sebesar 0,12 persen. Sehingga, deflasi terjadi dalam lima bulan beruntun pada tahun berjalan. Deflasi tersebut bahkan lebih dalam dari bulan sebelumnya yang tercatat 0,03 persen (mtm).
 
"Pada September 2024 terjadi deflasi 0,12 persen secara bulanan, atau terjadi penurunan IHK dari 106,06 pada Agustus 2024 menjadi 105,93 pada September 2024," ujar Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa, 2 Oktober 2024.
 
"Deflasi pada September 2024 ini terlihat lebih dalam dibandingkan Agustus 2024 dan ini merupakan deflasi kelima pada 2024 secara bulanan," tambah dia.
 
Kelompok pengeluaran penyumbang deflasi terbesar pada September, lanjut Amalia, ialah kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Kelompok pengeluaran itu mengalami deflasi 0,59 persen (mtm) dan memberikan andil terhadap inflasi sebesar minus 0,17 persen (mtm).


(Ilustrasi, bahan-bahan pangan di pasar tradisional. Foto: dok MI)
 
Deflasi juga terjadi pada kelompok pengeluaran transportasi, yakni sebesar 0,16 persen (mtm) dan memberikan andil terhadap inflasi umum sebesar minus 0,02 persen (mtm). Sementara itu kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi ialah perawatan pribadi dan jasa lainnya, yakni sebesar 0,38 persen (mtm) dan memberikan andil pada inflasi umum sebesar 0,02 persen.
 
Berdasarkan komponen pembentuk inflasi, kata Amalia, komponen harga bergejolak (volatile price) mengalami deflasi 1,34 persen (mtm) dan memberikan andil terhadap inflasi umum sebesar minus 0,21 persen (mtm). "Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi adalah cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras, daging ayam ras dan tomat," tutur dia.
 
Deflasi turut terjadi pada komponen harga diatur pemerintah (administered price), yakni sebesar 0,04 persen (mtm) dengan andil terhadap inflasi umum minus 0,01 persen (mtm). Komoditas yang dominan menyumbang deflasi pada komponen itu ialah bensin.
 

Baca juga: Duh! Demi Dapat Insentif, Sejumlah Pemda Manipulasi Angka Inflasi
 

Komponen inti masih mencatatkan inflasi

 
Sedangkan komponen inti masih mencatatkan inflasi, yakni sebesar 0,16 persen (mtm) dan memberikan andil pada tingkat inflasi umum sebesar 0,10 persen (mtm). Komoditas yang dominan menyebabkan inflasi ialah kopi bubuk dan biaya akademi atau perguruan tinggi.
 
Deflasi pada September 2024 itu terjadi juga karena sebanyak 24 dari 38 provinsi mengalami deflasi. Sementara 14 lainnya mengalami inflasi. Data BPS menunjukkan deflasi terdalam terjadi di Papua Barat, yaitu sebesar 0,29 persen, sementara inflasi tertinggi terjadi di Maluku Utara, yaitu 0,56 persen.
 
Semenatara itu, jika dilihat secara tahunan (year on year/yoy), maka pada September 2024 Indonesia mengalami inflasi sebesar 1,84 persen (yoy). Inflasi secara tahunan itu terjadi lantaran ada peningkatan IHK dari 104,02 pada September 2023. Sedangkan inflasi dalam tahun berjalan (year to date/ytd) ialah sebesar 0,74 persen.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)