Ekonomi Indonesia. Foto: MI.
Jakarta: Ekonom menilai target dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2024 sangat moderat dan cenderung berhati-hati. Target ekonomi yang sebesar 5,2 persen pada tahun depan masih sama dengan asumsi pada tahun ini.
"Jadi kalau melihat tadi dari pidato Pak Presiden target pertumbuhan ekonomi 5,2 persen, masih sama dibandingkan dengan tahun ini. Secara keseluruhan dari asumsi makro tadi itu sebenarnya menggambarkan narasi keberlanjutan," tegas Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto, Jumat, 16 Agustus 2024.
Dia mengatakan pertumbuhan ekonomi yang moderat itu juga mengejutkan dengan nilai tukar rupiah yang diperkirakan bisa menembus Rp16.000 per USD. Padahal saat ini laju rupiah mencapai Rp15.900 per USD.
"Jadi itu gambaran adanya depresiasi begitu ya," tegas dia.
Dia menambahkan asumsi yield Surat Berharga Negara (SBN) sebesar 7,1 persen untuk 10 tahun juga cukup tinggi. Dengan yield sebesar 7 persen maka sektor keuangan akan memilih berinvestasi ketimbang di SBN ketimbang menggerakan di sektor riil.
"Ya udahlah beli SBN tujuh persen gitu kan udah dapat untung kita tanya artinya nanti akan ada tantangan yang cukup berat itu untuk mengatur arah kredit di tahun depan," tegas dia.
Mendorong pertumbuhan ekonomi bukan pekerjaan mudah
Dia mengatakan tugas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen juga bukan pekerjaan mudah terutama untuk memperbaiki kualitas pertumbuhan ekonomi mendorong UMKM
"Ya kalau kita lihat dari konstelasi aspek globalnya begitu jadi menurut saya sih memang di satu sisi ini memanjakan sektor keuangan tapi di sisi lain tentu ini akan mengerut optimisme di sektor riil," tegas dia.
Dia menurutkan pemerintah bersikap sangat realistis dengan target kemiskinan 7-8 persen pada 2025. Padahal kemiskinan sempat menyentuh level tujuh persen pada tahun ini.
"Angka 7-8 persen bukan target yang terlalu mudah tapi tahun ini saja kita sudah ikut bermain di angka tujuh koma sekian persen jadi sih saya berharap kemiskinan bisa turun ke enam persen," kata dia.
Menurut dia pemerintah tahun ini alami kesulitan menurunkan tingkat kemiskinan sehingga targetnya menjadi moderat. Dia mengatakan target kemiskinan ekstrem juga ditarget 0 tak bisa tercapai dengan capaian sebesar 0,8 persen.
"Karena sebetulnya di belanja itu kan peningkatannya juga ratusan triliun itu harusnya kan untuk mengatasi kemiskinan," tegas dia.