Korea Selatan Menuju 'Super-Aged Society' Akibat Rendahnya Angka Kelahiran

Ilustrasi: Anadolu

Korea Selatan Menuju 'Super-Aged Society' Akibat Rendahnya Angka Kelahiran

Fajar Nugraha • 27 December 2024 08:06

Seoul: Korea Selatan kini secara resmi menjadi ‘super-aged society’ atau masyarakat super menua, di mana 20 persen dari populasinya berusia 65 tahun ke atas, menurut data resmi yang dirilis pada Selasa. Tren ini mencerminkan kekhawatiran mendalam yang dipicu oleh tingkat kelahiran yang sangat rendah.

Sebagai ekonomi terbesar keempat di Asia, Korea Selatan mencatat hanya 0,7 kelahiran per wanita pada akhir tahun lalu, salah satu tingkat kelahiran terendah di dunia dan jauh di bawah angka 2,1 yang dibutuhkan untuk menjaga kestabilan populasi.

Artinya, populasi Korea Selatan menua dan menyusut dengan cepat. Dilansir dari Malay Mail, Kamis, 26 Desember 2024, penduduk berusia 65 tahun ke atas kini “mencakup 20 persen dari total populasi terdaftar sebanyak 51,2 juta jiwa, berjumlah 10 juta orang,” demikian pernyataan dari Kementerian Dalam Negeri pada Selasa.

Dengan ini, Korea Selatan bergabung dengan Jepang, Jerman, dan Prancis sebagai negara yang memiliki status masyarakat super menua.

Jumlah lansia ini juga menunjukkan peningkatan lebih dari dua kali lipat sejak 2008, di mana pada saat itu jumlahnya kurang dari lima juta orang, menurut data kementerian.

Laki-laki menyumbang 44 persen dari kelompok usia 65 tahun ke atas, sebagaimana ditunjukkan dalam data tersebut.

Pemerintah Korea Selatan telah mengucurkan miliaran dolar untuk mendorong peningkatan angka kelahiran. Salah satu upaya terbaru yang dilakukan otoritas Seoul adalah memberikan subsidi untuk pembekuan sel telur.

Namun, upaya-upaya ini belum membuahkan hasil yang diharapkan, dan populasi diproyeksikan akan menyusut menjadi 39 juta jiwa pada tahun 2067, dengan usia rata-rata penduduk diperkirakan mencapai 62 tahun.

Para ahli mengidentifikasi berbagai faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat pernikahan dan kelahiran, mulai dari tingginya biaya membesarkan anak dan meroketnya harga properti, hingga tekanan dalam masyarakat yang sangat kompetitif, di mana sulit untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi.

Beban ganda yang dialami ibu bekerja, yang harus menanggung sebagian besar pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak sambil tetap menjalankan karier, juga menjadi faktor utama yang memperburuk situasi ini, kata para ahli.  (Siti Khumaira Susetyo)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)