Gencarnya AS-Inggris Lakukan Serangan ke Houthi di Yaman

Serangan gabungan Amerika Serikat dan Inggris ke Houthi di Yaman. Foto: Middle East Eye

Gencarnya AS-Inggris Lakukan Serangan ke Houthi di Yaman

Fajar Nugraha • 12 January 2024 13:27

Sanaa: Amerika Serikat (AS) dan Inggris menyerang Pemberontak Houthi atas serangan kelompok yang didukung Iran terhadap pelayaran di Laut Merah. Para saksi melaporkan serangan udara dilakukan di kota-kota Yaman.

 

Serangan tersebut melibatkan jet tempur dan rudal Tomahawk, kata beberapa media AS. Sementara para pejabat AS tidak segera mengonfirmasi laporan tersebut ketika dihubungi oleh AFP.

 

“Serangan udara menghantam sejumlah kota di Yaman, tempat kelompok Houthi menguasai sebagian besar wilayah,” kata sumber dan saksi mata Houthi, seperti dikutip AFP, Jumat 12 Januari 2023.

 

Kelompok Houthi telah melakukan semakin banyak serangan terhadap rute laut internasional utama sejak perang Gaza meletus dan serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada 7 Oktober.

 

Namun serangan Barat berisiko mengubah situasi yang sudah tegang di Timur Tengah menjadi konflik yang lebih luas antara Amerika Serikat dan Israel melawan Iran dan proksi regionalnya.

 

Media Inggris melaporkan, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak juga mengadakan pertemuan kabinet darurat di London pada Kamis untuk membahas serangan terhadap Houthi.

 

Baca: Angkatan Laut AS Bunuh 10 Militan Houthi di Laut Merah.

 

Pemberontak Houthi mengatakan mereka bertindak sebagai respons terhadap pemboman Israel di Jalur Gaza, dan telah meluncurkan serangkaian drone dan rudal ke arah Israel.

 

Mereka telah menguasai sebagian besar Yaman sejak perang saudara meletus di sana pada tahun 2014, dan merupakan bagian dari apa yang disebut “poros perlawanan” yang didukung Iran untuk melawan Israel.

 

Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya telah mengeluarkan serangkaian peringatan yang semakin keras kepada kelompok Houthi untuk menghentikan serangan kapal. Meskipun Washington telah berhati-hati terhadap risiko semakin mengobarnya ketegangan regional.

 

Washington membentuk koalisi internasional pada Desember – yang diberi nama Operation Prosperity Guardian – untuk melindungi lalu lintas maritim di wilayah tersebut, yang merupakan jalur 12 persen perdagangan dunia.

 

Konsekuensi

Koalisi 12 negara yang dipimpin oleh Amerika Serikat kemudian memperingatkan Houthi pada 3 Januari tentang ‘konsekuensi’ kecuali mereka segera menghentikan serangan terhadap kapal komersial.

 

Namun Selasa malam, kelompok Houthi melancarkan apa yang disebut London sebagai serangan paling signifikan yang pernah dilakukan oleh pemberontak Yaman, dengan pasukan AS dan Inggris menembak jatuh 18 drone dan tiga rudal.

 

Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps kemudian mengatakan, pada Rabu bahwa “sudah cukup” dan mengatakan kepada Houthi untuk “mengawasi ruang ini.”

 

Dewan Keamanan PBB pada Rabu juga mendesak penghentian segera serangan terhadap kapal, memperingatkan adanya ancaman terhadap perdamaian dan keamanan regional.

 

Tantangan terakhir bagi sekutu Barat tampaknya terjadi pada Kamis pagi ketika militer AS mengatakan Houthi menembakkan rudal balistik anti-kapal ke jalur pelayaran di Teluk Aden.

 

“Ini adalah serangan ke-27 terhadap pelayaran internasional di Laut Merah sejak 19 November,” kata militer AS.

 

Serangan yang semakin intensif telah menyebabkan perusahaan pelayaran melewati rute tersebut dan malah beralih ke sekitar Tanjung Harapan di Afrika Selatan, sehingga memicu kekhawatiran akan guncangan terhadap perekonomian global.

 

Kelompok Houthi mengatakan mereka hanya menargetkan kapal-kapal yang terkait dengan Israel atau sekutunya.

 

Amerika Serikat memperkuat postur militernya di wilayah tersebut segera setelah serangan 7 Oktober terhadap Israel, dan memperingatkan Iran dan sekutunya untuk tidak memperburuk situasi.

 

Pemerintahan Biden awalnya berhati-hati dalam menanggapi hal ini karena berupaya menjaga perdamaian yang rapuh di Yaman, tempat terjadinya perang saudara selama satu dekade dan kampanye militer koalisi yang dipimpin Saudi telah menyebabkan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia di negara termiskin di Semenanjung Arab.

 

Gencatan senjata antara Houthi dan pemerintah yang didukung Saudi dan diakui secara internasional sebagian besar telah terjadi sejak April 2022.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)