Pasar Emas Sangat Responsif terhadap Berita Ekonomi dan Geopolitik

Ilustrasi. Foto: Bappebti.

Pasar Emas Sangat Responsif terhadap Berita Ekonomi dan Geopolitik

Ade Hapsari Lestarini • 5 December 2023 12:10

Jakarta: Pasar emas saat ini sangat responsif terhadap berita ekonomi dan geopolitik. Diprediksi, meskipun ada penurunan jangka pendek, harga emas dunia kemungkinan akan pulih setelah itu, terutama jika kondisi ekonomi dan politik AS terus menunjukkan ketidakpastian.

Analis dari Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer menyoroti dua berita utama yang dapat memengaruhi pergerakan emas hari ini. Yakni, berita mengenai ISM Service PMI dan JOLTS Job Opening, yang diprediksi akan membuat dolar AS melemah. Menurut Fischer, kedua berita ini dapat mencerminkan kondisi ekonomi dan pemerintahan AS yang sedang tidak stabil, berpotensi memberikan dampak negatif pada nilai tukar dolar.

"Emas (XAUUSD) cenderung mengalami penurunan dalam jangka pendek, menciptakan anomali di pasar yang sebelumnya bergerak cukup tinggi. Namun, setelah fase penurunan ini, emas kemungkinan akan melanjutkan tren kenaikan," ujar Fischer dalam analisisnya, Selasa, 5 Desember 2023.

Menurut Fischer, kenaikan signifikan harga emas sebelumnya disebabkan oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, yang tampaknya mulai memudar. Selain itu, imbal hasil obligasi AS mengalami penurunan cukup tinggi, menjadi fokus perhatian pelaku pasar. Penurunan ini memberikan dorongan pada harga emas, namun, dengan kondisi saat ini, Fischer memperkirakan penurunan emas dalam jangka pendek.


Baca juga: Harga Emas Dunia Capai Level Tertinggi Sepanjang Masa
 

Harga emas melemah


Harga emas mengalami penurunan lebih dari dua persen pada Senin, 4 Desember 2023, setelah mencapai level tertinggi sepanjang masa. Penurunan emas menunjukkan batangan tanpa imbal hasil ini berhenti di atas USD2.000 per ons setelah para trader memangkas ekspektasi untuk penurunan suku bunga pertama oleh Federal Reserve AS pada awal 2024.

Fischer menyebutkan, harga emas mencapai rekor tertinggi baru di awal sesi Asia kemarin, didorong oleh meningkatnya kepercayaan terhadap pemotongan suku bunga setelah komentar Ketua Fed Jerome Powell pada Jumat.

Menurut data Investing.com, harga emas berjangka turun 4,14 persen menjadi USD2.047,55 per ons pada penutupan Senin, setelah mencapai level tertinggi sebelumnya di USD2.137,25 per ons. Sementara itu, harga emas spot juga mengalami penurunan tajam sebesar 4,16 persen menjadi USD2.029,47 per ons setelah menyentuh level tertinggi sebelumnya di USD2.120,20 per ons.

Para analis menyatakan Federal Reserve tampaknya berada di jalur untuk mengakhiri tahun ini dengan kenaikan suku bunga, menggambarkan sebagai sesuatu yang sudah berlalu. Namun, tantangan yang muncul adalah kapan dan bagaimana memberi sinyal pemangkasan suku bunga.

Peningkatan indeks dolar sebesar 0,5 persen menjadi faktor penting yang menekan harga emas, membuatnya lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Begitu pula, yield obligasi Treasury AS dengan tenor 10 tahun juga mengalami kenaikan.

"Para trader kini melihat peluang penurunan suku bunga pada Maret sebesar 57 persen, turun dari 63 persen pada Jumat sebelumnya. Suku bunga yang lebih rendah diharapkan dapat mengurangi biaya peluang untuk memiliki emas," ungkap dia.

Data minggu lalu menunjukkan adanya penurunan tekanan inflasi dan pasar tenaga kerja yang berangsur-angsur mereda, memperkuat spekulasi mengenai pemotongan suku bunga lebih awal. Dalam konteks ini, pasar emas terus memantau perkembangan dan sinyal dari Federal Reserve untuk mengantisipasi arah selanjutnya dari harga emas.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)