Ilustrasi. Foto: Dok Metrotvnews.com
Jakarta: Investasi merupakan aktivitas mengalokasikan dana yang dimiliki saat ini dengan tujuan agar nilai uang meningkat seiring waktu. Dalam dunia investasi, istilah return menggambarkan seberapa besar keuntungan atau kerugian dari sebuah investasi.
Dikutip dari laman Digibank, return menjadi tolok ukur utama bagi para investor untuk menilai keberhasilan strategi investasi yang diterapkan. Pemahaman yang mendalam tentang return sangat dibutuhkan untuk membuat keputusan yang lebih bijak dalam investasi, agar sesuai dengan profil risiko dan tujuan finansial jangka panjang.
Apa itu return?
Return adalah hasil yang didapatkan dari suatu investasi dalam periode tertentu. Hasil ini bisa berupa keuntungan (gain) atau kerugian (loss), tergantung dari performa aset yang dimiliki. Pengembalian hasil investasi tersebut diukur dalam bentuk persentase dari modal awal yang diinvestasikan.
Return menjadi indikator utama apakah investasi yang kamu lakukan memberikan hasil yang positif atau negatif. Secara umum, mencakup semua pendapatan yang kamu peroleh dari investasi, baik yang berasal dari kenaikan nilai aset (capital gain) maupun dari pendapatan rutin seperti dividen atau bunga.
(Ilustrasi IHSG. MI/Usman Iskandar)
Komponen dalam return
Return memiliki dua komponen utama sebagai berikut:
1.
Capital gain
Capital gain berarti mendapat keuntungan ketika harga jual aset investasi lebih tinggi dari harga beli awalnya. Misalnya, jika membeli saham seharga Rp10 ribu dan menjualnya seharga Rp15 ribu, maka capital gain adalah Rp5.000 per saham.
2.
Income
Komponen
return ini berupa pendapatan rutin yang kamu terima selama memegang aset tersebut, seperti dividen dari saham atau bunga dari obligasi. Income menjadi manfaat investasi yang banyak dipertimbangkan investor ketika memilih instrumen yang sesuai dengan profil risiko dan tujuan keuangannya.
Jenis-jenis return
Pengembalian hasil investasi dikategorikan menjadi dua jenis, seperti berikut ini.
1.
Return realisasi
Pengembalian yang sudah benar-benar didapatkan dari hasil penjualan atau pencairan investasi. Jenis
return ini merupakan angka konkret yang bisa dilihat di rekening atau laporan investasi setelah kamu menutup posisi. Misalnya, ketika menjual saham dengan harga yang lebih tinggi daripada saat membelinya, selisih harga tersebut adalah
return realisasi yang sering menjadi acuan untuk mengukur kesuksesan investasi dalam jangka pendek.
2.
Return ekspektasi
Jenis pengembalian ini merupakan prediksi atau harapan mengenai berapa besar keuntungan yang mungkin akan diperoleh di masa depan dari suatu investasi.
Return ini didasarkan pada analisis, proyeksi pasar, dan kinerja historis aset yang kamu pegang. Meskipun
return ekspektasi belum tentu akurat, namun sangat membantu dalam perencanaan investasi jangka panjang dan penentuan strategi diversifikasi portofolio.
Faktor yang memengaruhi return dalam investasi
1. Suku bunga
Perubahan suku bunga sangat memengaruhi
return, terutama pada instrumen investasi seperti obligasi dan deposito. Ketika suku bunga naik, harga obligasi cenderung turun karena bunga yang ditawarkan menjadi kurang menarik dibandingkan bunga deposito baru. Sebaliknya, suku bunga yang rendah dapat membuat aset dengan potensi return tinggi, seperti saham, menjadi lebih menarik.
2. Inflasi
Inflasi mengurangi daya beli dari
return yang diterima. Meskipun secara nominal
return positif, namun jika inflasi tinggi, nilai riil
return tersebut bisa berkurang. Misalnya, jika mendapatkan
return lima persen tetapi inflasi mencapai enam persen, maka secara riil kamu sebenarnya merugi satu persen. Oleh karena itu, pentingnya memilih investasi yang dapat mengimbangi laju inflasi agar manfaat investasi yang diperoleh tetap optimal.
3. Nilai tukar
Untuk investasi yang melibatkan mata uang asing, fluktuasi nilai tukar sangat penting. Misalnya, jika berinvestasi di saham luar negeri, penguatan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah bisa meningkatkan
return investasi ketika dikonversikan kembali ke rupiah. Namun, sebaliknya, jika mata uang asing melemah,
return kamu bisa tergerus.
4. Risiko likuiditas
Risiko dapat muncul ketika memiliki aset yang sulit dijual atau dicairkan dengan cepat tanpa kehilangan nilai. Semakin likuid aset, semakin rendah risikonya, tetapi biasanya
return yang ditawarkan juga lebih rendah. Contoh aset dengan likuiditas rendah adalah properti atau obligasi jangka panjang.
5. Risiko pasar
Ketidakpastian yang datang dari fluktuasi harga di pasar secara keseluruhan menimbulkan risiko yang memengaruhi
return investasi. Risiko ini tidak bisa dihindari, tetapi bisa dikelola dengan diversifikasi dan manajemen portofolio yang tepat. Kondisi pasar global, kebijakan pemerintah, atau kejadian ekonomi besar bisa memengaruhi harga aset dan, pada akhirnya,
return yang kamu terima. Memahami risiko pasar sangat penting dalam investasi agar bisa mengantisipasi potensi kerugian.