Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 15 July 2025 18:09
Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menunjukkan perubahan sikap tajam terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pernyataannya pada Senin, 14 Juli 2025. Ini diutarakan Trump saat ia mengumumkan paket bantuan persenjataan baru untuk Ukraina dan mengancam Rusia dengan tarif ekonomi yang tinggi.
Meski selama satu dekade terakhir Trump dikenal sebagai pengagum Putin, menyebutnya sebagai “pemimpin kuat” yang sering berkata baik tentang dirinya pernyataannya kali ini menandai jarak yang mulai melebar antara keduanya.
“Saya kecewa pada Putin. Ia terus menyerang Ukraina seakan-akan percakapan kami di telepon tidak berarti apa-apa,” kata Trump di hadapan wartawan, sembari menirukan percakapannya dengan Ibu Negara: “Saya bilang, ‘Saya bicara dengan Vladimir hari ini, pembicaraan kami luar biasa.’ Lalu dia jawab, ‘Oh ya? Barusan ada kota yang dibom.’”
Trump menambahkan, “Saya tidak mau menyebut dia pembunuh, tapi dia orang yang sangat keras. Itu sudah terbukti selama bertahun-tahun. Dia menipu banyak orang.” Namun, ia buru-buru menegaskan bahwa dirinya bukan salah satu yang tertipu.
Mengutip dari Channel News Asia, Selasa, 15 Juli 2025, Trump juga menyampaikan bahwa Rusia akan diberi waktu 50 hari untuk mencapai kesepakatan damai. Jika tidak, negara-negara yang membeli minyak dan senjata dari Rusia akan dikenakan tarif 100 persen, sebagai bentuk sanksi sekunder. Meski begitu, ia belum mendukung rancangan undang-undang di Kongres yang mengusulkan tarif hingga 500 persen.
Sementara itu, ekspor-impor antara AS dan Rusia telah anjlok tajam sejak invasi Ukraina pada 2022.
Pengamat dari lembaga konservatif American Enterprise Institute, Heather Conley, menyebut langkah Trump sebagai tanda frustrasi karena gagal membawa Putin ke meja perundingan. “Ini lebih menunjukkan kemarahan daripada perubahan kebijakan besar,” ujar mantan pejabat Deplu AS itu.
Trump sebelumnya mengejutkan sekutu Eropa ketika ia secara terbuka mengecam Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Februari lalu. Ia menuduh Zelensky tidak menghargai bantuan miliaran dolar dari pemerintahan Biden, dan sempat menahan sementara bantuan militer serta intelijen.
Menurut Senator Lindsey Graham, sekutu Trump di Partai Republik, kegagalan membawa Putin berunding menjadi kekeliruan besar. “Salah satu kesalahan terbesar Putin adalah mengira dia bisa memainkan Trump,” kata Graham dalam acara Face the Nation di CBS.