100 Jemaah Haji Indonesia Meninggal, Didominasi Lansia

Petugas menggandeng jemaah haji lansia/Metro TV/Misba

100 Jemaah Haji Indonesia Meninggal, Didominasi Lansia

Misbahol Munir • 30 May 2025 22:42

Jakarta: Sebanyak 100 jemaah haji Indonesia dilaporkan wafat di Tanah Suci hingga Jumat, 30 Mei 2025 pukul 02.00 WIB. Data ini dirilis oleh Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) Kementerian Agama RI. Mayoritas jemaah yang wafat adalah laki-laki dan lanjut usia.

Menurut data SISKOHAT, dari total 100 jemaah yang wafat, sebanyak 62% berjenis kelamin laki-laki, sedangkan 38% perempuan. Dari sisi usia, 53% termasuk kategori lanjut usia, sementara 47% berada dalam rentang usia produktif 41-64 tahun.

Angka kematian jemaah tercatat merata sejak awal fase kedatangan di Tanah Suci. Laporan menunjukkan bahwa sejak 5 - 26 Mei 2025, angka kematian meningkat bertahap, dengan lonjakan signifikan dalam sepekan terakhir. Pada 26 Mei saja, tercatat sembilan jemaah wafat dalam sehari.

Distribusi jemaah wafat menurut embarkasi menunjukkan, lima embarkasi penyumbang angka tertinggi adalah:
- Embarcasi SOC (Solo) sebanyak 15 jemaah
- Embarcasi JKS (Jakarta-Bekasi) sebanyak 13 jemaah
- Embarcasi SUB (Surabaya) sebanyak 13 jemaah
- Embarcasi JKG (Jakarta-Pondok Gede) sebanyak 12 jemaah
- Embarcasi UPG (Makassar) sebanyak 11 jemaah

Seperti diketahui, suhu ekstrem pada musim haji 1446 H / 2025 M ini menjadi perhatian serius bagi seluruh pihak, terutama jemaah dan petugas haji Indonesia. 

Anggota Amirulhaj Indonesia sekaligus Kepala BPOM Taruna Ikrar, mengimbau seluruh jemaah dan petugas meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko heat stroke atau sengatan panas.
 

Baca: Beberapa Hotel di Makkah Sediakan Musala Khusus Terhubung Langsung dengan Masjidil Haram

Suhu udara di wilayah Makkah dan Madinah diperkirakan dapat mencapai lebih dari 45°C, sebuah kondisi yang sangat berbahaya bagi kesehatan, terutama bagi jemaah lanjut usia, penderita penyakit kronis, serta mereka yang melakukan aktivitas fisik tinggi saat menjalankan ibadah.

"Heat stroke adalah kondisi medis serius yang bisa berakibat fatal jika tidak segera ditangani. Oleh karena itu, penting bagi jamaah dan petugas untuk menjaga hidrasi, menghindari paparan langsung sinar matahari dalam waktu lama, dan mengenakan pelindung seperti payung atau topi lebar," ujar Taruna, ahli neurologi. 

Ia juga menekankan pentingnya pendekatan preventif, termasuk memastikan asupan cairan cukup setiap hari. Kemudian, menghindari aktivitas berat di bawah terik matahari, terutama antara pukul 10.00 hingga 15.00 waktu setempat. Selanjutnya, mengenali gejala awal heat stroke seperti sakit kepala, mual, kulit kemerahan, detak jantung cepat, dan kebingungan mental.

Tim kesehatan haji Indonesia, bersama petugas PPIH (Panitia Penyelenggara Ibadah Haji), telah disiagakan di berbagai titik pelayanan untuk memberikan penanganan cepat terhadap kasus heat stroke dan gangguan kesehatan lainnya selama musim haji 1446 H / 2025 ini.

Selain itu, Taruna mengingatkan pentingnya sinergi antarpetugas dan edukasi berkelanjutan kepada jemaah agar dapat menjalankan ibadah secara aman dan optimal.

Pemerintah melalui Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi terus mengintensifkan upaya pencegahan kematian jemaah, terutama menjelang puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Langkah ini termasuk edukasi protokol kesehatan, distribusi air minum, penyediaan layanan kesehatan cepat tanggap, serta imbauan agar jemaah membatasi aktivitas fisik saat suhu ekstrem yang diperkirakan mencapai 50°C.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(M Sholahadhin Azhar)