Wisata Konservasi Penyu Buka Peluang Ekonomi Baru

Aktivitas pelepasan penyu di Pantai Lowita. Foto: Dok istimewa

Wisata Konservasi Penyu Buka Peluang Ekonomi Baru

Eko Nordiansyah • 4 September 2025 17:47

Jakarta: PLN Indonesia Power (PLN IP) melalui Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Barru meluncurkan program inovatif bertajuk Eko-Eduwisata Berbasis Konservasi Penyu Pantai Lowita (Ewako Lowita) sebagai wujud nyata transformasi sosial dan lingkungan berbasis komunitas.

Program ini menjadikan konservasi penyu bukan sekadar upaya pelestarian, tetapi juga sebagai motor penggerak ekonomi lokal, edukasi generasi muda, dan pemberdayaan kelompok rentan. Pantai Lowita kini bertransformasi menjadi pusat konservasi dan wisata edukatif yang inklusif.

“Ewako Lowita adalah bukti bahwa konservasi bisa menjadi gerakan sosial, ekonomi, dan edukatif yang menyatu dalam satu ekosistem,” ujar Direktur Utama PLN Indonesia Power Bernadus Sudarmanta dalam keterangan tertulis, Kamis, 4 September 2025.

Melalui pendekatan sistemik dan kolaboratif, Bernadus mengungkapkan, masyarakat lokal dilibatkan aktif dalam pengelolaan wisata, bank sampah, dan produksi souvenir daur ulang. Program ini tidak hanya menyelamatkan ekosistem, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru.

Pendapatan kelompok pengelola wisata meningkat hingga Rp238,8 juta per tahun, dan lebih dari 6.000 telur penyu berhasil ditetaskan setiap tahunnya. Bahkan, penanaman mangrove seluas 7,43 hektar berhasil menyerap emisi karbon hingga 330.810 ton CO2 sehingga menjadi konservasi berbasis sirkular.
 

Baca juga: 

Naik 13%, Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Capai 1,48 Juta



(Ilustrasi. Foto: Dok Metrotvnews.com)

Dorong keberlanjutan sosial dan lingkungan

Tak hanya itu, PLN IP juga mendorong keberlanjutan sosial dan lingkungan. Melalui program Tamasya, PLN IP menjajaki kolaborasi dengan BKKBN untuk mendukung tumbuh kembang anak di wilayah pesisir, memperkuat dimensi kesejahteraan dalam program konservasi.

Ewako Lowita menciptakan perubahan perilaku yang sistemik dan signifikan. Masyarakat kini aktif melaporkan dan melindungi sarang penyu, wisatawan ikut membiayai konservasi melalui tiket dan donasi, UMKM lokal memanfaatkan limbah menjadi produk bernilai.

Program ini juga memperkenalkan inovasi seperti pemanfaatan FABA (Fly Ash Bottom Ash) sebagai material rumah penetasan, sistem monitoring suhu inkubator, dan panel surya mini untuk fasilitas konservasi. Semua ini dilakukan dengan prinsip efisiensi energi dan keberlanjutan.

“Dengan roadmap lima tahun yang mencakup pembangunan balai edukasi, festival penyu, sertifikasi desa wisata, dan replikasi ke pantai lain di Barru, Ewako Lowita siap menjadi model nasional. Kemitraan strategis memperkuat ekosistem konservasi yang inklusif dan berkelanjutan,” ungkap dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)