Global Town Hall 2025 Resmi Dibuka, Soroti Gejolak dan Krisis Kepercayaan Dunia

Pendiri FPCI Dino Patti Djalal dalam keterangan virtual di acara Global Town Hall 2025. (YouTube / FPCI)

Global Town Hall 2025 Resmi Dibuka, Soroti Gejolak dan Krisis Kepercayaan Dunia

Willy Haryono • 15 November 2025 13:54

Jakarta: Situasi dunia saat ini terus bergejolak dengan melemahnya tatanan internasional, meningkatnya nasionalisme, serta memburuknya kepercayaan antarnegara, dan semua kondisi ini membutuhkan diplomasi yang lebih inovatif.

Demikian disampaikan Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal dalam pembukaan Global Town Hall 2025 yang digelar secara virtual dan diikuti peserta dari 114 negara pada Sabtu, 15 November 2025.

Dino mengingatkan bahwa Global Town Hall didirikan lima tahun lalu saat pandemi COVID-19, ketika dunia dilanda rasa apokaliptik dan perpecahan semakin tajam. Meski pandemi telah berlalu, ia menilai alasan untuk mempertahankan forum ini kini justru semakin kuat. Dunia, katanya, sedang berada “dalam keadaan fluks” dan membutuhkan inovasi diplomasi, reformasi yang dapat dijalankan, serta solusi-solusi berani.

Ia menyoroti runtuhnya kredibilitas tatanan internasional berbasis aturan, yang menurutnya tidak lagi berlaku sama bagi semua negara. “Semangat Piagam PBB makin melemah, dan angin ‘might makes right’ justru tumbuh,” ujarnya. Pada saat yang sama, nasionalisme yang bersifat reaktif dan penuh amarah justru menguat di berbagai wilayah.

Rivalitas geopolitik kini semakin tajam dan defisit kepercayaan semakin melebar. Dino menambahkan, pengeluaran militer dunia meningkat selama sepuluh tahun berturut-turut, dengan lebih dari 100 negara menaikkan anggaran pertahanan mereka pada 2024—baik secara nominal maupun proporsional terhadap PDB.

Ia menilai banyak lembaga multilateral tidak lagi relevan menghadapi tantangan masa kini, termasuk Dewan Keamanan PBB. Hal ini tercermin dari tidak adanya kemajuan penyelesaian perang Ukraina, serta tragedi di Gaza yang menewaskan lebih dari 69.000 orang, mayoritas perempuan dan anak-anak.

Di saat bersamaan, perlombaan senjata baru tengah berlangsung, sementara capaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) tertinggal jauh. “Hanya 17 persen target SDGs yang berada di jalur pencapaian,” tegasnya.

Menurut Dino, frustrasi banyak pemimpin dunia dalam Sidang Majelis Umum PBB baru-baru ini dapat dipahami. Banyak negara di Global South merasa tatanan dunia saat ini tidak bekerja untuk mereka. Namun ia mengingatkan bahwa setidaknya PBB masih memberikan ruang bagi negara untuk berbicara. Berbeda dengan masyarakat sipil yang ruangnya jauh lebih terbatas.

Karena itu, ia menekankan pentingnya Global Town Hall sebagai platform independen yang mempertemukan masyarakat sipil dari Utara, Selatan, Timur, dan Barat secara setara. Forum ini, lanjut Dino, dirancang untuk memfasilitasi dialog global berbasis saling hormat dan niat baik, di tengah dunia yang ia sebut “seolah berjalan ke arah yang salah."

Baca juga:  Global Town Hall 2024 Kembali Digelar, Ajak Masyarakat Benahi Dunia yang Berantakan

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Willy Haryono)