Berita Populer Ekonomi: Efisiensi Anggaran Kemenkeu hingga Biang Kerok IHSG Jeblok

Ilustrasi. Foto: dok MI/Atet Dwi.

Berita Populer Ekonomi: Efisiensi Anggaran Kemenkeu hingga Biang Kerok IHSG Jeblok

Ade Hapsari Lestarini • 14 February 2025 07:24

Jakarta: Sejumlah berita ekonomi menjadi terpopuler pada Kamis, 13 Februari 2025. Berita-berita ini terpantau menjadi perhatian para pembaca Metrotvnews.com.

Pembaca menyoroti beberapa isu yang sedang mengemuka saat ini. Berikut rangkuman berita selengkapnya:
 

1. Efisiensi Anggaran Kemenkeu Disetujui Senilai Rp8,99 Triliun, Ini Rinciannya


Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyetujui efisiensi anggaran yang diajukan oleh Kementerian Keuangan sebesar Rp8,99 triliun. Itu menjadikan anggaran di Kemenkeu turun dari Rp53,19 triliun menjadi Rp44,20 triliun.

Baca selengkapnya di sini
 

2. IHSG Sempat Anjlok Parah Sejak Desember 2021, Ini Dia Gegaranya


Mirae Asset Sekuritas Indonesia mengungkapkan sepanjang Februari ini, tekanan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung meningkat dan berada di titik terendah. Pada Selasa, 11 Februari 2025, IHSG ditutup melemah 116,15 poin atau 1,75 persen ke posisi 6.531,99.

Baca selengkapnya di sini

 
Baca juga: Taat Aturan, Regulasi Pajak Minimum Global Mesti Dipatuhi
 

3. Total Nilai Efisiensi Belanja K/L dan TKD Tetap Rp306,69 Triliun


Pemerintah memastikan total nilai efisiensi belanja Kementerian/Lembaga dan Transfer Ke Daerah (TKD) dari APBN 2025 tetap sesuai dengan Instruksi Presiden 1/2025 tentang Efisiensi Belanja dalam Pelaksanaan APBN 2025, yakni sebesar Rp306,69 triliun.

Baca selengkapnya di sini
 

4. Sejumlah Perubahan Dirasakan K/L Imbas Efisiensi Anggaran


Pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka masih terus tancap gas menjalankan operasi penghematan di kementerian dan lembaga (K/L). Ada sejumlah perubahan yang dirasakan, baik yang kasat mata maupun menyoal kinerja lembaga.

Baca selengkapnya di sini
 

5. Deretan Investasi yang Aman dan Cuan saat Rupiah Ambruk


Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bisa sangat fluktuatif. Hal ini berarti nilai rupiah bisa menguat maupun melemah akibat berbagai faktor, seperti kondisi ekonomi, gejolak politik, dan lainnya. Pelemahan rupiah berdampak pada kondisi perekonomian, seperti inflasi, ketidakpastian ekonomi, dan mahalnya harga barang dan jasa.

Baca selengkapnya di sini

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)