Ilustrasi penjual bahan pangan di pasar. Foto: Medcom.id/Husen Miftahudin.
Jakarta: Badan Pusat Statistik (BPS) mewaspadai sejumlah komoditas yang berpotensi menyumbang inflasi selama Ramadan dan Lebaran tahun ini. Inflasi sendiri adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dalam suatu periode tertentu, yang menyebabkan daya beli masyarakat melemah. Salah satu faktor utama pemicunya adalah meningkatnya permintaan terhadap barang tertentu yang tidak diimbangi dengan pasokan yang memadai.
Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan bahwa tren kenaikan harga ini telah terlihat sejak beberapa tahun terakhir, terutama pada periode Ramadan dan Idulfitri.
"Perlu diwaspadai kenaikan harga beberapa komoditas akibat tingginya permintaan menjelang Ramadan dan Idulfitri, seperti daging ayam ras, tarif angkutan udara, telur ayam ras, bawang merah, bawang putih, beras, dan emas perhiasan," jelas bahan paparan Amalia dalam Konferensi Pers di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Senin, 3 Maret 2025.
Komoditas Pemicu Inflasi
BPS mencatat bahwa komoditas yang mempengaruhi inflasi saat Ramadan dan Lebaran tergolong dalam dua kategori utama: volatile food (pangan bergejolak) dan administered prices (harga yang diatur pemerintah).
Pada periode puasa dan Lebaran 2022, inflasi terutama disebabkan oleh kenaikan harga minyak goreng, daging ayam ras, tarif angkutan udara, ikan segar, telur ayam ras, kue kering, dan daging sapi.
Baca juga:
Inflasi Diprediksi Terjadi Maret hingga PMI Manufaktur RI Tetap Ekspansif
Sementara itu, pada 2023, inflasi dipicu oleh tarif angkutan udara, bensin, beras, cabai rawit, bawang putih, kontrak rumah, dan daging ayam ras. Tahun 2024, komoditas penyumbang inflasi antara lain telur ayam ras, daging ayam ras, serta beras.
BPS memperkirakan bahwa kenaikan harga tahun ini juga akan dipengaruhi oleh pola konsumsi masyarakat yang meningkat secara signifikan menjelang Ramadan dan Lebaran.
"(Inflasi) karena adanya peningkatan demand atau sisi permintaan menghadapi Ramadan dan juga Lebaran, ini konsumsi masyarakat biasanya relatif tinggi daripada bulan sebelumnya. Untuk berapa nanti inflasi di Ramadan atau pada saat Hari Raya Idulfitri, tentunya akan kami sampaikan saat rilis 1 April (2025)," tutur Amalia.
Kondisi Inflasi Awal 2025
Menariknya, meskipun inflasi menjadi perhatian utama menjelang Ramadan, Indonesia mengalami deflasi pada dua bulan pertama tahun 2025. BPS mencatat deflasi sebesar 0,76 persen secara month-to-month (mtm) di Januari dan 0,48 persen di Februari 2025. Namun, hal ini tidak menghilangkan potensi lonjakan harga di bulan berikutnya akibat meningkatnya konsumsi selama Ramadan.
Ilustrasi Penyebab Inflasi
Sebagai contoh, selama Ramadan, permintaan terhadap daging ayam ras meningkat karena banyak keluarga yang mulai menyiapkan hidangan spesial. Jika pasokan ayam di pasar tidak mencukupi, harga akan naik, mendorong inflasi di sektor pangan. Begitu pula dengan tarif angkutan udara yang sering melonjak menjelang mudik Lebaran akibat tingginya permintaan tiket pesawat.
BPS akan mengumumkan daftar resmi komoditas penyumbang inflasi untuk Ramadan dan Lebaran tahun ini pada awal April 2025. Sementara itu, masyarakat diimbau untuk merencanakan konsumsi dengan bijak guna menghindari dampak lonjakan harga selama momen ini.