Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. (EPA)
Willy Haryono • 11 July 2023 06:40
Kyiv: Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa mayoritas anggota NATO berdiri bersama negaranya, dan KTT di Vilnius nanti harus mengonfirmasi Ukraina sebagai anggota de facto aliansi militer tersebut.
"Mayoritas aliansi berdiri teguh bersama kami," kata Zelensky dalam pesan video pada Senin malam waktu setempat.
"Ketika kami mengajukan keanggotaan NATO, kami berbicara terus terang: de facto, Ukraina sudah tergabung dalam aliansi. Senjata kami adalah senjata aliansi. Nilai-nilai kami adalah apa yang diyakini oleh aliansi… Vilnius harus mengonfirmasi semua ini," sambungnya, merujuk pada ibu kota Lithuania tempat berlangsungnya KTT NATO pekan ini.
Zelensky mengatakan pasokan senjata lebih lanjut untuk Ukraina dalam perang melawan Rusia juga akan dibahas dalam pertemuan puncak, yang akan dimulai pada Selasa ini, 11 Juli 2023.
"Saya yakin akan ada berita positif dari Vilnius tentang senjata untuk masyarakat kami," ucapnya, dikutip dari laman The New Daily.
Sementara itu, layanan darurat setempat di Ukraina mengatakan pada Senin kemarin bahwa serangan Rusia terhadap titik distribusi bantuan kemanusiaan di wilayah tenggara telah menewaskan tujuh orang.
Yuriy Malashko, gubernur wilayah Zaporizhzhia, mengatakan bahwa sebuah bom digunakan Rusia dalam serangan pada hari Minggu di sebuah gedung sekolah yang digunakan untuk mendistribusikan bantuan di kota kecil Orikhiv.
Layanan darurat Ukraina mengatakan bahwa tiga jenazah telah dievakuasi dari bawah reruntuhan Senin kemarin, sehingga jumlah korban tewas menjadi tujuh. Operasi penyelamatan dan pemulihan kini telah selesai.
Gubernur Malashko mengatakan 11 orang yang terluka dalam serangan sedang dirawat di rumah sakit. Kantor Kejaksaan Agung Ukraina mengatakan, insiden itu sedang diselidiki sebagai salah satu kejahatan perang Rusia.
Kantor kejaksaan mengatakan bahwa dua orang tewas dan tiga lainnya cedera pada Senin kemarin dalam serangan Rusia di desa Hostre dan kota Avdiivka di wilayah Donetsk.
Rusia, yang memulai invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022, selama ini menyangkal sengaja menargetkan warga sipil.
Baca juga: Biden dan NATO Hanya Tawarkan Dukungan untuk Ukraina, Bukan Keanggotaan