Ilustrasi. Foto: Dok Medcom.id
Medcom • 25 June 2023 06:55
Jakarta: Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa RSUD Inche Abdoel Moeis, Julian Asadi, mengatakan, mengatasi kecanduan narkoba tidak bisa lagi hanya mengandalkan rehabilitasi. Pendekatan pencegahan dinilai lebih penting.
"Lebih dari setengah individu kambuh setelah tiga puluh hari rehabilitasi dan 85 persen individu kambuh dalam satu tahun pertama setelah masa rehabilitasi. Perjuangan kita tidaklah ringan," kata Julian, Minggu, 25 Juni 2023.
Ia mengungkapkan anak muda menjadi penyumbang angka pengguna narkoba terbesar di Indonesia. Laporan Badan Narkotika Nasional (BNN) pada 2021 mencatat, angka prevalensi pengguna narkoba pada kelompok umur 25-49 tahun mencapai 3 persen. Sementara itu, kelompok usia 15-24 tahun memiliki angka prevalensi pengguna narkoba sebesar 1,96.
"Paradigma kita terhadap masalah-masalah narkoba ini tidak hanya sebatas pakai narkoba, direhabilitasi, kemudian sembuh. Fokus kita adalah pada preventif atau pencegahan. Jangan sampai menggunakan hal ini sekali saja," tegasnya.
Julian mengingatkan kembali bahaya yang dapat timbul dari pemakaian narkotika. Ia menjelaskan bahwa penggunaan narkotika dapat menyebabkan kelainan pada sistem saraf.
"Orang yang pernah pakai zat (narkotika), telah berubah sistem saraf di dalam otaknya. Terdapat pengecilan pada area-area tertentu di dalam otak. Pengecilan-pengecilan tersebut membuat kecacatan, sehingga orang-orang cenderung ingin kembali menggunakan zat tersebut," jelasnya.
Julian juga menjelaskan adanya korelasi antara penyalahgunaan narkotika dengan gangguan mental organik. Prinsip dasar gangguan mental organik adalah apabila penyebabnya tertangani dengan baik, maka gangguan mentalnya juga akan kembali pulih.
Kemudian, jika gangguannya sudah terlalau lama dalam struktur otak, maka akan berpengaruh pada daya pikir. Fungsi otak menjadi lambat dan penggunanya berbicara hal-hal yang tidak masuk akal. Ujungmya, terjadi gangguan psikotik.
"Jadi, poinnya adalah bukan bisa ditangani atau tidak, tapi semakin lama ditangani harapannya semakin kecil. Untuk itu fokus kita adalah promosi preventif, karena sekali mencoba nantinya akan sulit untuk dihentikan," tegasnya.
Menjelang Hari Anti Narkotika Internasional pada 26 Juni mendatang, Julian mengajak masyarakat tegas menolak segala bentuk narkotika. Terutama, bagi anak muda yang seringkali sulit untuk menolak sebuah tawaran dari kawannya.
"Banyak pengguna narkotika yang menjadi pengguna karena tidak bisa bersikap tegas. Mereka tidak bisa berkata tidak. Rasa tidak enakannya tinggi. Ketika ditawari oleh teman, mereka sungkan menolak karena takut akan tidak ditemani lagi. Perlu saya tegaskan, berani berkata tidak itu penting. Kita harus bisa menghentikan budaya tidak enakan," paparnya. (Metro TV/Rama Sukarta)