Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo. Foto: Dok istimewa
Eko Nordiansyah • 29 November 2025 13:43
Jakarta: Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan arah kebijakan moneter pada 2026 tetap pada keseimbangan antara stabilitas dan pertumbuhan atau pro-stability and pro-growth, di tengah masih tingginya ketidakpastian global.
“Kami di Bank Indonesia terus bersinergi erat dengan pemerintah, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), dan berbagai pihak mendukung transformasi ekonomi nasional Asta Cita, menjaga stabilitas dari gejolak global, mendorong pertumbuhan lebih tinggi dan berdaya tahan,” kata Perry dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) Tahun 2025 di Jakarta, dikutip Antara, Sabtu, 29 November 2025.
Seiring dengan terkendalinya inflasi, kata Perry, bank sentral Indonesia akan mencermati ruang penurunan suku bunga BI rate lebih lanjut untuk mendorong pertumbuhan.
.jpg)
(Ilustrasi. Foto: Dok Kemenkeu)
BI juga berkomitmen dalam melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah dari gejolak global. Hal ini dilakukan melalui intervensi Non-Deliverable Forward (NDF) di pasar luar negeri, serta intervensi spot di Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) dan pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder dalam negeri.
Langkah selanjutnya, BI melakukan ekspansi likuiditas moneter pro-market untuk efektivitas penurunan suku bunga dan pendalaman pasar uang. Selain itu, kecukupan cadangan devisa juga dijaga serta instrumen penempatan valas DHE SDA diperluas.
Perry menegaskan kebijakan makroprudensial, digitalisasi sistem pembayaran, pendalaman pasar uang, serta pengembangan UMKM dan ekonomi keuangan syariah juga diarahkan untuk pertumbuhan atau pro-growth.
Kebijakan makroprudensial longgar diperkuat pada 2026 untuk mendorong kredit perbankan agar tumbuh lebih tinggi melalui dorongan kredit ke sektor-sektor prioritas. Insentif juga diberikan bagi bank-bank yang lebih cepat menurunkan suku bunga.
Ia menambahkan koordinasi bersama KSSK juga dilakukan untuk mengatasi special rate di perbankan, mendorong permintaan kredit, serta penguatan surveillance sistemik untuk menjaga stabilitas sistem keuangan.
Dari sisi sistem pembayaran, Perry mengatakan bahwa digitalisasi terus diakselerasi, sesuai dengan Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2030. Sementara dari sisi pasar uang, pendalaman pasar uang dan pasar valas juga diakselerasi sesuai Blueprint Pendalaman Pasar Uang 2030.
“Sasaran transaksi pasar uang naik ke Rp81 triliun per hari pada 2030. Sasaran transaksi pasar valas naik ke USD18 miliar per hari pada tahun 2030,” kata Perry.