KBF Kembangkan UMKM Adat di Tanah Papua, Jaga Hutan Lewat Usaha Mikro

istimewa.

KBF Kembangkan UMKM Adat di Tanah Papua, Jaga Hutan Lewat Usaha Mikro

Al Abrar • 22 April 2025 16:29

Jakarta: Memperingati Hari Bumi 2025, Kitong Bisa Foundation (KBF) Indonesia menegaskan komitmennya terhadap perlindungan lingkungan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat adat di Tanah Papua melalui Proyek Permata. Program ini didukung Norwegian Climate and Forest Initiative (NICFI) dan Samdhana Institute.

Selama empat tahun pelaksanaan, proyek ini berfokus pada pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, dan Merauke, Papua Selatan. Inisiatif itu tak hanya menopang ekonomi lokal, tetapi juga memperkuat peran masyarakat dalam menjaga kelestarian hutan sebagai paru-paru bumi.

“Kami merancang program agar setiap usaha yang tumbuh juga membawa nilai konservasi. Momentum Hari Bumi ini mengingatkan kita bahwa perlindungan alam tidak bisa dipisahkan dari penghidupan masyarakat,” ujar June Hutabarat, Program Manajer Permata, Senin,22 April 2025. 

KBF mencatat sejumlah capaian, seperti peningkatan pendapatan rumah tangga sebesar lebih dari 5% pada sekitar 20% peserta program. Penguatan ekonomi dilakukan melalui pembentukan pra-koperasi dan literasi keuangan.

Salah satu UMKM binaan, Gazz Rajut, berhasil mencatatkan pendapatan hingga Rp15 juta. “Saya mengucap syukur sekali, bersama Kitong Bisa usaha saya semakin maju. Saya banyak sekali mendapatkan bantuan dari Permata dan Kitong Bisa,” kata Mama Chika, pemilik usaha Gazz Rajut.

Capaian lainnya juga datang dari Kelompok Perempuan Subebunate yang memproduksi nugget tradisional dan berhasil menjual hingga 100 bungkus setiap bulan. Kelompok nelayan Tobati berhasil memanen dan menjual lebih dari 7 ton ikan, sementara kelompok nelayan kepiting “Tidur Tak Sono” meningkatkan hasil tangkapan musiman menjadi sekitar 20 kotak per musim.

Selain sektor perikanan dan kuliner, KBF juga mendorong revitalisasi sistem pangan lokal. Sedikitnya 10 komunitas adat telah dijangkau melalui peningkatan produksi dan konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal, yang meningkat lebih dari 12%.

CEO KBF Indonesia, Miraldo Jeftason, menegaskan bahwa capaian ini didukung kegiatan strategis dan pelatihan seperti literasi keuangan, pertanian terintegrasi, perizinan, kebersihan produk, hingga pemasaran digital.

“Peringatan Hari Bumi ini penting untuk mengingatkan kita bahwa solusi krisis iklim bisa datang dari kampung-kampung kecil di pelosok Papua. Ketika masyarakat adat diberi ruang, dukungan, dan kepercayaan, mereka bisa jadi garda terdepan penyelamat bumi,” ujarnya.


Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Al Abrar)