Despian Nurhidayat • 8 October 2025 09:26
Jakarta: Ketua Advokasi Persaudaraan Tani-Nelayan Indonesia (PETANI), Tunjung Budi Utomo, menilai Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo Subianto tidak hanya berfungsi sebagai upaya pemenuhan gizi anak-anak sekolah, tetapi juga telah menjadi penggerak utama ekonomi rakyat kecil di berbagai daerah.
“Program MBG bukan sekadar memastikan anak-anak mendapat gizi seimbang, tetapi juga menjadi motor penggerak ekonomi masyarakat menengah ke bawah,” ungkapnya dilansir dari keterangan resmi, Rabu, 8 Oktober 2025.
Ia menepis anggapan bahwa MBG hanya menguntungkan pihak tertentu. Menurutnya, program ini justru bersifat inklusif dan partisipatif, melibatkan berbagai unsur masyarakat mulai dari koperasi desa, petani, nelayan, hingga pelaku UMKM di seluruh Indonesia.
“Setiap bahan pangan yang digunakan dalam program ini berasal dari rakyat sendiri — dari beras, sayuran, ikan, telur, hingga olahan rumah tangga. Inilah bentuk nyata ekonomi kerakyatan yang berputar di tingkat lokal,” jelasnya.
Lebih jauh, Tunjung menilai koperasi desa berperan penting sebagai penghubung antara petani dan konsumen, sehingga keberadaan MBG memberi kepastian pasar berkelanjutan bagi sektor pertanian dan perikanan rakyat. Dampaknya terasa nyata — pendapatan meningkat, kapasitas produksi bertambah, standar kualitas pangan membaik, dan lapangan kerja baru terbuka.
“Seperti yang disampaikan Bapak
Presiden Prabowo,
MBG menghadirkan efek berganda di sekitar dapur rakyat. Kini semakin banyak masyarakat yang bisa bekerja dan berdaya di lingkungannya sendiri,” ujarnya.
Ia menjelaskan, dampak ekonomi MBG dapat dilihat melalui tiga efek utama. Pertama, efek produksi, di mana petani dan nelayan mendapatkan kepastian pasar. Kemudian, efek distribusi, karena koperasi dan pelaku logistik lokal ikut bergerak. Selanjutnya, efek konsumsi, di mana keluarga penerima manfaat terbantu karena pengeluaran untuk makan anak berkurang, sehingga daya beli meningkat.
Selain itu, program MBG membuka lapangan kerja baru bagi juru masak, tenaga logistik, hingga pekerja harian yang terlibat dalam penyediaan makanan bergizi.
Makan bergizi gratis/Ilustrasi/Istimewa
“Setiap rupiah yang dikeluarkan negara lewat MBG kembali berputar di tangan rakyat. Ini bukan bantuan sosial, melainkan sirkulasi ekonomi rakyat yang nyata,” tegas Tunjung.
Tunjung juga membantah isu bahwa pelaksanaan MBG hanya dikuasai segelintir pihak. Ia menekankan bahwa desain program ini justru dibuat untuk memperluas akses ekonomi dan pasar bagi rakyat kecil yang selama ini terpinggirkan.
Menurutnya, MBG merupakan bukti nyata bahwa negara hadir dalam menjawab dua persoalan mendasar bangsa — pemenuhan gizi anak-anak dan penguatan ekonomi rakyat.
“Melalui peran koperasi, petani, dan nelayan, MBG menjadi simbol gotong royong nasional. Program ini bukan hanya soal makanan bergizi, tapi tentang membangun Indonesia yang sehat, kuat, dan sejahtera,” tutup Tunjung.