Haedar Nashir: Semangat Sumpah Pemuda Modal Jawab Tantangan Generasi Masa Kini

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir. Dokumentasi/Humas PP Muhammadiyah

Haedar Nashir: Semangat Sumpah Pemuda Modal Jawab Tantangan Generasi Masa Kini

Ahmad Mustaqim • 28 October 2025 15:54

Yogyakarta: Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, menegaskan bahwa Sumpah Pemuda 1928 merupakan lukisan bergores tinta emas dalam panggung sejarah Indonesia. Peristiwa monumental itu, menurutnya, mengandung pesan perjuangan dan persatuan yang sangat relevan untuk generasi muda masa kini.

“Kongres sebagai penghimpunan kekuatan kaum muda untuk kemerdekaan Indonesia,” kata Haedar dalam Refleksi Sumpah Pemuda, Selasa, 28 Oktober 2025.

Haedar menjelaskan, kongres yang digagas para pemuda pelopor seperti WR Supratman, Soegondo, dan Muhammad Yamin itu merupakan wujud kehendak bersama untuk membentuk bangsa dan negara yang berdaulat. Jiwa perjuangan tersebut, ujarnya, sejalan dengan pandangan filsuf Ernest Renan tentang pentingnya solidaritas luhur untuk membangun sebuah bangsa.
 

Persatuan Kunci Utama

Pesan kedua dari Sumpah Pemuda, lanjut Haedar, adalah pembuktian persatuan sebagai kunci menuju Indonesia merdeka di tengah keragaman. Tiga ikrar satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa menjadi warisan nilai yang terus hidup untuk kelangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia itu merupakan warisan nilai sangat berharga,” ujar Haedar. 

Haedar merefleksikan, banyak generasi muda Indonesia yang memiliki potensi dan prestasi gemilang di berbagai bidang, termasuk penguasaan teknologi digital. Ia mengutip pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang menyebut terdapat lebih dari 2 juta anak berpotensi tinggi sebagai aset bangsa.

“Keyakinan Presiden tersebut menunjukkan optimisme akan potensi generasi bangsa Indonesia,” ucap Haedar.

Namun, di balik optimisme itu, Haedar mengingatkan sejumlah masalah serius yang dihadapi kaum muda. Selain masalah lapangan kerja, polarisasi sosial di media sosial dan problem kesehatan mental menjadi ancaman baru.

“Bila problem psikososial ini berkelanjutan akan melumpuhkan saraf kehidupan generasi muda sebagai pewaris masa depan Indonesia,” tegasnya.

Haedar juga menyoroti kemiskinan literasi dan etika digital, merujuk temuan Microsoft pada 2022 tentang rendahnya tingkat ‘digility’ masyarakat Indonesia. Ia memperingatkan, kondisi ini dapat memicu ‘The Great Disruption’ atau kerusakan dramatis dalam tatanan sosial dan moralitas.

Di akhir refleksinya, Haedar Nashir berharap seluruh pemuda Indonesia menyerap nilai kegigihan dan spirit bersatu dari para pemuda 1928. “Kaum muda Indonesia jangan bersembunyi di balik jubah kesuksesan dan proteksi para orang tuanya. Jadilah diri sendiri yang sukses meraih masa depan dengan jiwa mandiri,” pesannya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Whisnu M)