Korea Utara Luncurkan Beberapa Rudal Balistik Jarak Pendek

Korea Utara gencar lakukan uji coba rudal. Foto: KCNA

Korea Utara Luncurkan Beberapa Rudal Balistik Jarak Pendek

Fajar Nugraha • 14 January 2025 10:54

Seoul: Militer Korea Selatan (Korsel) melaporkan bahwa Korea Utara (Korut) meluncurkan beberapa rudal balistik jarak pendek yang diduga ke Laut Timur pada Selasa sekitar pukul 09:30 waktu setempat. Insiden ini menyusul uji coba sistem rudal hipersonik baru oleh Pyongyang minggu lalu dan terjadi di tengah menguatnya hubungan antara Jepang dan Korea Selatan.

Korea Utara meluncurkan beberapa rudal balistik jarak pendek yang diduga pada Selasa, kata militer Korea Selatan, seminggu setelah Pyongyang melaporkan peluncuran sistem rudal hipersonik baru.

"Militer Korea Selatan mendeteksi beberapa proyektil yang diduga sebagai rudal balistik jarak pendek yang diluncurkan ke Laut Timur," kata militer Korea Selatan, merujuk pada perairan yang juga dikenal sebagai Laut Jepang, seperti dikutip France24, Selasa 14 Januari 2025.

Peluncuran itu terjadi sehari setelah Menteri Luar Negeri Jepang Takeshi Iwaya mengadakan pembicaraan di Korea Selatan dengan para pejabat tinggi saat negara tetangga Asia itu berupaya memperkuat hubungan sebelum Presiden terpilih AS Donald Trump kembali menjabat.

Militer Seoul mengatakan peluncuran itu berlangsung sekitar pukul 09:30 waktu setempat.

Dikatakan bahwa mereka mempertahankan "kesiapan penuh" dan berbagi informasi tentang peluncuran tersebut dengan Amerika Serikat dan Jepang sambil "memperkuat pengawasan dan kewaspadaan" untuk peluncuran lebih lanjut.

Minggu lalu, Pyongyang menembakkan apa yang disebutnya sebagai sistem rudal hipersonik baru yang ditujukan untuk menghalangi saingan negara itu di Pasifik.

Lokasi tempat uji coba tidak diungkapkan tetapi gambar yang dirilis oleh media pemerintah Korea Utara (KCNA) menunjukkan pemimpin Kim Jong Un mengamati peluncuran minggu lalu bersama putrinya yang masih remaja, Ju Ae.

Kim mengatakan rudal itu terbang sejauh 1.500 kilometer -,melampaui angka 1.100 kilometer yang diberikan oleh militer Korea Selatan,- dan melaju dengan kecepatan 12 kali kecepatan suara sebelum mendarat di lautan.

KCNA mengutip penggunaan "senyawa serat karbon baru" pada mesin rudal, yang menurut para ahli dapat memungkinkan Pyongyang untuk menyerang target lebih jauh dengan teknologi yang saat ini hanya dapat diakses oleh Amerika Serikat, Rusia, dan Tiongkok.

Peluncuran tersebut juga menggunakan "metode baru yang komprehensif dan efektif" untuk sistem kendali penerbangan dan pemandunya, kata KCNA.

Para ahli mengatakan peluncuran terbaru pada hari Selasa dapat mengirimkan pesan kepada pemerintahan Trump yang akan datang.

"Peluncuran tersebut dapat ditujukan ke AS," kata Yang Moo-jin, presiden Universitas Studi Korea Utara di Seoul.

"Peluncuran tersebut dapat mengindikasikan adanya niat untuk menekan pemerintahan Trump menjelang masa jabatan kedua."

Peringatan AS

Peluncuran rudal hipersonik yang diduga dilakukan minggu lalu merupakan peluncuran pertama Korea Utara sejak Trump memenangkan pemilihan umum AS pada bulan November dan peluncuran tersebut dilakukan saat Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sedang mengunjungi Korea Selatan.

Dalam perjalanannya ke Korea Selatan, pesaing berat Korea Utara, Blinken mengatakan Rusia meningkatkan kerja sama dengan Pyongyang, seraya menambahkan bahwa mereka bekerja lebih erat dalam teknologi luar angkasa yang canggih.

Blinken juga menyuarakan kekhawatiran baru bahwa Rusia, anggota Dewan Keamanan PBB yang memegang hak veto, akan secara resmi menerima Korea Utara sebagai negara nuklir, yang merupakan pukulan bagi konsensus global bahwa Pyongyang harus mengakhiri programnya.

Pada akhir Oktober, Korea Utara menguji coba apa yang disebutnya sebagai rudal balistik antarbenua (ICBM) berbahan bakar padat yang paling canggih dan kuat. Beberapa hari kemudian, negara itu menembakkan salvo rudal balistik jarak pendek.

Sebagai tanggapan, Korea Selatan menembakkan rudal balistik ke laut sebagai unjuk kekuatan.

Intelijen AS dan Korea Selatan juga percaya bahwa Korea Utara akhir tahun lalu mengirim ribuan tentara untuk berperang melawan Ukraina dan telah menderita ratusan korban.

Namun, baik Korea Utara maupun Rusia belum secara resmi mengonfirmasi bahwa pasukan Pyongyang berperang untuk Moskow.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)