Menteri ESDM Arifin Tasrif menunjukan bio solar B40. Foto: Kementerian ESDM.
Media Indonesia • 6 June 2024 18:48
Jakarta: Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) Tungkot Sipayung meramalkan program mandatori penerapan campuran biodiesel 40 persen dengan minyak solar atau B40 dapat menghemat devisa negara hingga USD15 miliar atau sekitar Rp244 triliun (kurs Rp16.273).
Sejak 2004, Indonesia menjadi net importir minyak fosil. Dengan adanya peningkatan biodiesel, Indonesia perlahan mulai mengurangi ketergantungan impor fosil dan digantikan dengan unsur nabati lewat mandatori biodiesel. Meningkatnya konsumsi biodiesel domestik tercatat mengurangi ketergantungan penggunaan impor solar dari 41 persen di 2011 menjadi 18 persen di 2023.
Dalam data yang dipaparkan Tungkot, penghematan devisa impor solar mengalami peningkatan dari Rp3,7 triliun di 2018 menjadi Rp121,5 triliun di 2023 dengan penerapan B35.
"Kalau mandatori biodiesel ini naik menjadi B40 bisa menghemat devisa sekitar USD13 miliar-USD15 miliar (Rp211 triliun-Rp244 triliun). Ini tergantung harga solar internasional," ujar Tungkot dalam diskusi Strategi Meningkatkan Daya Saing Kelapa Sawit Indonesia Melalui Hilirisasi di Jakarta, Kamis, 6 Juni 2024.
Tungkot menyampaikan tujuan peningkatan program biodiesel selain untuk substitusi impor solar juga diperlukan sebagai instrumen stabilitas harga minyak sawit dunia. Pasalnya, Indonesia merupakan produsen minyak sawit atau crude palm oil (CPO) terbesar di dunia dengan menyumbang setidaknya 59 persen pasokan minyak sawit global.
"Jika tidak dibutuhkan untuk mendongkrak harga internasional, tidak perlu kita paksakan, mandatori biodiesel. Tapi, kalau harga pasar internasional perlu kita gerakan bisa kita terapkan B40," jelas dia.
Baca juga: Akhirnya Rampung, Dana Kompensasi Solar-Pertalite Pertamina Rp43,52 Triliun |