Kepala Divisi Senjata Kimia Militer Rusia Tewas dalam Ledakan Skuter

Polisi Rusia di lokasi ledakan yang menewaskan petinggi militer. Foto: Anadolu

Kepala Divisi Senjata Kimia Militer Rusia Tewas dalam Ledakan Skuter

Fajar Nugraha • 17 December 2024 15:25

Moskow: Kepala Divisi Senjata Kimia Rusia tewas pada Selasa 17 Desember 2024 ketika sebuah alat peledak yang dipasang pada skuter meledak di luar sebuah gedung apartemen di Moskow.

Igor Kirillov, kepala unit senjata kimia, biologi, dan radiologi militer, tewas bersama wakilnya ketika ledakan itu terjadi ketika kedua pria itu meninggalkan sebuah gedung di daerah permukiman di tenggara Moskow pada Selasa pagi.

Kirillov, yang pada Oktober dijatuhi sanksi oleh Inggris atas dugaan penggunaan senjata kimia di Ukraina, adalah pejabat militer Rusia paling senior yang tewas dalam ledakan semacam itu di Moskow sejak dimulainya serangan Kremlin di Ukraina hampir tiga tahun lalu.

"Kejahatan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dilakukan di Moskow,” kata harian Kommersant di situs webnya, seperti dikutip AFP.

Komite Investigasi Rusia mengatakan bahwa Kirillov tewas setelah "alat peledak yang ditanam di skuter yang diparkir di dekat pintu masuk gedung perumahan diaktifkan pada pagi hari 17 Desember di Jalan Ryazansky di Moskow".

Ledakan itu menghancurkan beberapa jendela gedung dan merusak pintu depan dengan parah, menurut seorang reporter AFP di tempat kejadian.

Kirillov, yang telah menjabat sejak 2017, mengawasi unit Pertahanan Radiologi, Kimia, dan Biologi militer Rusia.

Pemerintah Inggris pada Oktober menjatuhkan sanksi kepada Kirillov dan unitnya "karena membantu menyebarkan senjata biadab ini", tuduhan yang dibantah Moskow.

Inggris dan Amerika Serikat menuduh Rusia menggunakan zat beracun kloroprin terhadap pasukan Ukraina yang melanggar Konvensi Senjata Kimia (CWC).

Kloroprin adalah cairan berminyak dengan bau menyengat yang dikenal sebagai zat pencekik yang banyak digunakan selama Perang Dunia I sebagai bentuk gas air mata.

Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) secara khusus melarang penggunaannya.

Rusia mengatakan tidak lagi memiliki persenjataan kimia militer tetapi negara itu menghadapi tekanan untuk lebih transparan atas dugaan penggunaan senjata beracun.

Memasukkan pasukan

Pada Juni, Ukraina menuduh Rusia meningkatkan serangan garis depan menggunakan bahan kimia berbahaya yang dilarang dan telah mencatat lebih dari 700 kasus penggunaan bahan kimia tersebut pada bulan sebelumnya.

Ledakan hari Selasa terjadi sehari setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa pasukannya memiliki keunggulan di garis depan di Ukraina.

Dalam beberapa bulan terakhir, tentara Rusia telah maju melintasi Ukraina timur dengan kecepatan tercepat sejak minggu-minggu pertama serangan, yang dilancarkan Moskow pada bulan Februari 2022.

Baik Moskow maupun Kyiv berusaha meningkatkan posisi mereka di medan perang sebelum Presiden terpilih AS Donald Trump berkuasa pada Januari. Trump telah berjanji untuk mengakhiri konflik tersebut.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Fajar Nugraha)