Digitalisasi perbankan. Foto: Medcom.
Arif Wicaksono • 15 August 2023 18:27
Jakarta: Dalam tujuh tahun terakhir industri perbankan Tanah Air diramaikan dengan kehadiran 13 bank digital baru bentukan perusahaan bank, perusahaan layanan jasa keuangan, maupun perusahaan teknologi finansial. Persaingan kian ketat karena bank-bank konvensional pun mulai gencar menghadirkan aplikasi perbankan digital mereka.
Akselerasi kemunculan bank digital dan aplikasi digital dari bank konvensional, menurut ahli pemasaran sekaligus Wakil Rektor I Universitas Prasetiya Mulya Agus W. Soehadi, didukung oleh situasi pandemi beberapa waktu lalu. Terjadi shifting perilaku nasabah, dari yang semula mengandalkan layanan bank di kantor cabang.
"Kini mereka sudah terbiasa menggunakan layanan perbankan digital," ujar dia dalam diskusi Industrial Talk yang digelar Master Program Prasetiya Mulya, Selasa, 15 Agustus 2023.
Selain faktor pandemi yang membuat masyarakat sulit beraktivitas di luar rumah, layanan perbankan digital juga terbukti lebih disukai nasabah.
"Ada berbagai kelebihan bank digital, seperti layanan yang lebih efisien dan tidak perlu mengantri, sehingga lebih menghemat waktu. Selain itu waktu operasional bank digital juga relatif tak terbatas, tersedia di mana saja dan kapan saja selama telepon seluler nasabah terhubung internet." jelas dia.
Agus mengatakan kebiasaan masyarakat menggunakan layanan bank digital ini akan terus berlanjut meski pandemi sudah berakhir. Sehingga prospek bisnisnya pun masih sangat menjanjikan.
Terlebih, Indonesia memiliki populasi generasi muda yang sangat besar dan berpotensi menjadi nasabah bank di kemudian hari. Namun, dengan ketatnya persaingan antar antar-bank digital maupun layanan digital bank konvensional, maka setiap perusahaan harus memikirkan strategi agar bisa bertahan dan tidak ditinggalkan nasabahnya.
"Tantangan ke depan perusahaan bank digital adalah menangkap perubahan selera pasar. Ini titik kritisnya," ujar Agus.