Jepang. Foto: Unsplash.
Tokyo: Upah riil Jepang yang disesuaikan dengan inflasi turun lagi pada April, dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini memperpanjang rekor penurunan berturut-turut dalam bulan ke-25, karena biaya hidup yang lebih tinggi melebihi kenaikan gaji.
Melansir
Channel News Asia, Rabu, 5 Juni 2024, upah riil turun 0,7 persen tahun-ke-tahun di April, laju penurunan yang lebih lambat dari penurunan bulan sebelumnya sebesar 2,1 persen.
Rekor sebelumnya adalah penurunan upah riil selama 23 kali berturut-turut dari 2007 hingga 2009 selama krisis keuangan global, yang menyebabkan hilangnya jutaan pekerjaan. Inflasi yang membandel menjadi penyebab turunnya upah riil, dengan inflasi konsumen sebesar 2,9 persen melebihi upah nominal.
Di sisi positifnya, pendapatan tunai terjadwal, atau gaji reguler, naik 2,3 persen dalam setahun di April, menyamai rekor tertinggi sebelumnya yang tercatat pada Oktober 2019.
Kenaikan gaji pokok terbaru mencerminkan kenaikan besar yang disepakati oleh pekerja dan manajemen pada negosiasi perburuhan tahunan sejak tahun lalu, kata seorang pejabat kementerian.
Tahun ini, perusahaan-perusahaan besar Jepang telah menawarkan kenaikan gaji bulanan pekerja sebesar lebih dari lima persen, suatu tingkat yang belum pernah terjadi dalam tiga dekade terakhir. Jepang melihat tanda-tanda awal pencapaian siklus positif kenaikan upah dan inflasi.
Pendapatan pekerja tertinggal
Data memaparkan pendapatan pekerja masih tertinggal dibandingkan kenaikan biaya, hal ini menunjukkan tantangan yang dihadapi para pembuat kebijakan dalam mendorong perusahaan untuk membawa upah riil ke kondisi yang positif.
Beberapa ekonom memperkirakan upah riil akan berubah menjadi positif pada tahun fiskal 2024 dan 2025. Namun ketidakpastian mengenai perkiraan tersebut masih tinggi.
Upah nominal, atau total pendapatan tunai rata-rata per pekerja, tumbuh 2,1 persen menjadi USD1,913.28 meningkat dari bulan sebelumnya sebesar satu persen dan mencatat laju tertinggi dalam 10 bulan.
Menurut data Kementerian Tenaga Kerja Jepang pembayaran lembur, yang merupakan barometer kekuatan perusahaan, turun 0,6 persen pada tahun berjalan hingga April.