Harga Litium Karbonat Bisa Turun 30% di 2024

Ilustrasi baterai kendaraan listrik. Foto: Unsplash.

Harga Litium Karbonat Bisa Turun 30% di 2024

Arif Wicaksono • 1 December 2023 19:20

Jakarta: Harga litium karbonat di konsumen utama Tiongkok bisa turun lebih dari 30 persen tahun depan dari harga saat ini karena meningkatnya pasokan dari semua produsen besar melebihi kenaikan permintaan dari pengguna baterai.

Melansir Channel News Asia, Jumat, 1 Desember 2023, harga bahan kimia yang digunakan dalam baterai di Tiongkok, yang juga merupakan produsen baterai terbesar di dunia, telah anjlok 77 persen tahun ini setelah Beijing memangkas subsidi untuk kendaraan listrik mulai Januari 2023. Hal ini bisa menurunkan harga bijih litium dan merugikan margin keuntungan para penambang global.

Harga spot litium karbonat mencapai titik terendah dalam dua tahun terakhir yaitu 115,500 yuan per metrik ton minggu ini, dan kemungkinan akan turun ke level 80 ribu yuan tahun depan karena pasokan global terus meningkat. Salah satu dari mereka memperkirakan harga akan mencapai 100 ribu yuan pada akhir tahun ini.

Harga di luar Tiongkok cenderung mengikuti tren serupa, dengan harga patokan litium karbonat di Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan sebesar USD18,50 per kg pada Kamis, turun 77 persen dari puncaknya sebesar USD81 per kg pada November 2022.

Kontrak Januari yang paling banyak diperdagangkan di Bursa Berjangka Guangzhou mencapai titik terendah baru di 106.200 yuan per ton pada hari Kamis, kurang dari setengah harga pencatatannya ketika perdagangan dimulai pada Juli.

Penurunan harga ini akan berdampak pada produsen litium berbiaya tinggi, namun memberikan dukungan terhadap perlambatan sektor kendaraan listrik. Tiongkok memproduksi sekitar 70 persen baterai dunia dan lebih dari separuh kendaraan listriknya.

Kelebihan pasokan litium

Rendahnya harga karena pasokan litium global yang diprediksi akan melonjak sebesar 40 persen pada 2024 menjadi lebih dari 1,4 juta ton setara litium karbonat.

 Output di negara produsen utama, Australia dan Amerika Latin, masing-masing akan meningkat sebesar 22 persen dan 29 persen, sementara di Afrika diperkirakan akan meningkat dua kali lipat, didorong oleh proyek-proyek di Zimbabwe.

"Produksi Tiongkok juga akan melonjak 40 persen dalam dua tahun ke depan," kata UBS, didorong oleh proyek besar CATL di provinsi Jiangxi selatan.

Lonjakan pasokan akan menghasilkan surplus litium global sebesar 12 persen, naik dari empat persen tahun ini, menurut CITIC Futures.

Mereka memperkirakan harga litium karbonat di Tiongkok akan mencapai 80 ribu yuan per ton pada 2024, atau rata-rata sekitar 100 rib yuan, setara dengan biaya produksi di Jiangxi, wilayah penghasil bahan kimia terbesar di Tiongkok.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)