Ekonomi Asia Pasifik. Foto: Unsplash.
Arif Wicaksono • 14 December 2023 20:24
Sydney: Ketidakpastian seputar Tiongkok dan berkurangnya minat investor akan menjadi tantangan yang akan dihadapi ekuitas swasta Asia-Pasifik (Apac) di tahun-tahun mendatang.
Dikutip dari The Business Times, Kamis, 14 Desember 2023, ekuitas swasta Apac mengumpulkan USD26,7 miliar pada 31 Oktober, atau hanya 5,3 persen dari USD508,6 miliar yang dikumpulkan secara global. Porsi modal yang dikumpulkan oleh Apac telah menurun. Angka tersebut turun menjadi 11,2 persen pada 2022 setelah mencapai 20,8 persen pada 2021.
Amerika Utara terus mendominasi penggalangan dana, menghasilkan USD341 miliar atau 67 persen dari total penggalangan dana global. Di Apac, pengelola dana ekuitas swasta kemungkinan besar akan memiliki kinerja yang lebih buruk dibandingkan wilayah-wilayah utama lainnya, dengan perkiraan tingkat pengembalian sebesar 9,7 persen dari 2022 hingga 2028.
Ketidakpastian ekonomi yang berkepanjangan di Tiongkok dan ketegangan geopolitik telah mengakibatkan pendekatan investor yang lebih hati-hati terhadap Tiongkok.
Kepala Ekuitas Swasta Preqin Cameron Joyce mengatakan pengelola ekuitas swasta jadi salah satu kelas aset alternatif yang paling terkena dampak oleh perkembangan lanskap ekonomi dan geopolitik.
Menurut 28 persen dari 395 investor yang disurvei, investor mendapati ekuitas swasta tidak memenuhi ekspektasi, yang merupakan proporsi terbesar dalam satu dekade terakhir. Mayoritas investor (59 persen) merasa ekuitas swasta memenuhi ekspektasi.
Dalam jangka pendek, lebih dari separuh investor merasakan dampak dari efek penyebut (denominator effect), yang satu porsi portofolio menurun secara drastis, sehingga segmen lainnya mempunyai persentase yang lebih besar dari total portofolio.
Hanya tujuh persen investor yang mengambil keputusan alokasi modal berdasarkan efek penyebut (denominator effect) sebagai faktor pendorong utama, sementara 26 persen menyatakan hal tersebut sebagai salah satu faktornya.