Guru Besar UGM Ungkap Bahaya Beras Oplosan

Ilustrasi. Foto: Dok istimewa

Guru Besar UGM Ungkap Bahaya Beras Oplosan

Media Indonesia • 23 July 2025 19:19

Yogyakarta: Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada, Sri Raharjo, menilai ditemukannya beras oplosan menunjukkan lemahnya pengawasan distribusi pangan, terutama di tingkat produsen dan pasar tradisional. 

"Meskipun istilah beras oplosan tidak digunakan secara resmi, praktik ini dapat ditindak dengan dasar hukum dalam Undang-Undang Pangan karena merugikan konsumen," kata Sri yang juga menjabat Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi (PSPG) UGM, Rabu, 23 Juli 2025.
 

Baca: Gelar Sidak di Pasar Tanjung Jember, Satgas Pangan Temukan 2 Merek Beras Oplosan
 
Sri menjelaskan beberapa bahan kimia yang kerap ditemukan dalam beras oplosan antara lain klorin atau pemutih, pewangi buatan, hingga parafin atau plastik. Zat-zat ini digunakan untuk menyamarkan kualitas beras yang sebenarnya rendah sehingga tampak lebih putih dan menarik.

Praktik ini dilakukan dengan motif komersial semata tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap kesehatan konsumen. 

"Klorin misalnya, digunakan untuk menghilangkan warna kusam, tapi zat ini bersifat karsinogenik dan sangat berbahaya bila dikonsumsi dalam jangka panjang," jelas Sri.

Ia melanjutkan paparan berkepanjangan terhadap zat-zat tersebut berisiko memicu kanker, bahkan berpotensi merusak organ vital seperti hati dan ginjal. Konsumsi rutin dalam jangka panjang memungkinkan akumulasi senyawa kimia dalam tubuh yang akan memperberat kerja sistem detoksifikasi organ. 

Sri mengingatkan senyawa seperti hipoklorit dapat membentuk trihalometan yang diklasifikasikan sebagai zat karsinogenik oleh IARC (International Agency for Research on Cancer). 

“Pewarna sintetis seperti Rhodamin B juga dapat menyebabkan sirosis hati atau gagal ginjal jika terakumulasi dalam tubuh,” ungkapnya.

Konsumsi beras oplosan dalam jangka panjang dapat menimbulkan berbagai dampak kesehatan serius. Tidak hanya risiko gangguan organ, beberapa zat kimia juga bersifat toksik dan bisa memicu peradangan sistemik dalam tubuh.

Tubuh juga menghadapi ancaman gangguan fungsi hati dan ginjal sebagai organ detoksifikasi utama. “Organ-organ ini akan bekerja ekstra keras menyaring zat asing, dan dalam jangka panjang bisa berujung pada kerusakan permanen,” ujarnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Deny Irwanto)