Simulasi Tanggap Darurat Gempa Bumi di kawasan Balai Kota Among Tani, Kota Batu, Jawa Timur, Selasa 11 November 2025/Dok. Pemkot Batu.
Daviq Umar Al Faruq • 12 November 2025 10:28
Batu: Jumlah kejadian bencana di Kota Batu, Jawa Timur, meningkat signifikan sepanjang 2025. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), tercatat 149 kejadian bencana terjadi hingga akhir tahun, naik dari 122 kejadian pada 2024.
Sebagian besar atau sekitar 86 persen merupakan bencana hidrometeorologi. Seperti tanah longsor, banjir, angin kencang, serta kebakaran hutan dan lahan.
Menyikapi kondisi tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Batu menggelar Apel Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi Menghadapi Musim Hujan 2025–2026, Selasa 11 November 2025, di halaman Balai Kota Among Tani. Kegiatan yang diikuti 360 peserta dari unsur Forkopimda, TNI/Polri, perangkat daerah, relawan, dan masyarakat ini menjadi bagian dari langkah antisipatif menghadapi musim penghujan.
Dalam apel bertema “Mewujudkan Mbatu Sae Tangguh Bencana”, Wali Kota Batu Nurochman menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor. Kolaborasi ini dibutuhkan dalam menghadapi ancaman bencana yang terus meningkat.
“Apel ini menjadi wujud nyata semangat partisipatif, dengan melibatkan seluruh unsur pemerintah, dunia usaha, akademisi, masyarakat, dan media massa. Kolaborasi ini harus berlandaskan asas kesetiakawanan, gotong royong, partisipasi, dan kemanusiaan,” ujar Nurochman.
Simulasi Tanggap Darurat Gempa Bumi di kawasan Balai Kota Among Tani, Kota Batu, Jawa Timur, Selasa 11 November 2025/Dok. Pemkot Batu.
Ia juga mengajak seluruh pihak untuk memperkuat koordinasi dan sinergi, serta menumbuhkan kesadaran masyarakat melalui sosialisasi, pelatihan, dan simulasi kebencanaan secara berkala. Menurutnya, kesiapsiagaan masyarakat adalah kunci utama dalam menekan risiko bencana.
Selain meningkatkan kemampuan tanggap darurat, Pemkot Batu juga telah melakukan berbagai langkah mitigasi. Di antaranya, pemetaan daerah rawan bencana, susur sungai dan pembersihan sumbatan di 94 titik aliran Sungai Brantas, serta revitalisasi saluran air dan drainase perkotaan untuk mencegah genangan.
Simulasi Tanggap Darurat Gempa Bumi di kawasan Balai Kota Among Tani, Kota Batu, Jawa Timur, Selasa 11 November 2025/Dok. Pemkot Batu.
Wali Kota Nurochman menjelaskan, upaya mitigasi yang dilakukan berhasil menurunkan indeks risiko bencana Kota Batu dari 81,0 pada 2023 menjadi 75,21 pada 2024, dengan kategori risiko sedang. Namun, ia menilai tantangan ke depan akan semakin kompleks seiring meningkatnya intensitas dan keragaman bencana.
“Paradigma penanganan bencana harus bergeser dari reaktif menjadi preventif. Kita perlu menekankan kesiapsiagaan dan pencegahan sejak dini agar dampaknya bisa diminimalkan,” tegas Nurochman.
Melalui apel siaga ini, Pemkot Batu berharap seluruh elemen masyarakat siap menghadapi
musim hujan 2025–2026 dengan semangat gotong royong dan kesadaran kolekti. Tujuannya untuk membangun kota yang tangguh bencana.
Setelah apel, Pemkot Batu kemudian menggelar Simulasi Tanggap Darurat Gempa Bumi di kawasan Balai Kota Among Tani. Simulasi melibatkan unsur
TNI, Polri, Dinas Kesehatan, Dinas Pemadam Kebakaran, PMI, serta relawan kebencanaan dari berbagai komunitas untuk melatih kesiapsiagaan seluruh elemen, baik aparatur maupun masyarakat dalam menghadapi situasi darurat akibat bencana alam.
Simulasi Tanggap Darurat Gempa Bumi di kawasan Balai Kota Among Tani, Kota Batu, Jawa Timur, Selasa 11 November 2025/Dok. Pemkot Batu.
Dalam skenario, aktivitas pelayanan publik di Mall Pelayanan Publik (MPP) Balai Kota Among Tani berlangsung seperti biasa. Tiba-tiba terjadi guncangan gempa bumi yang menyebabkan sebagian bangunan rusak dan muncul korban luka.
Petugas dan masyarakat segera melakukan evakuasi ke titik kumpul aman. Sementara Tim Reaksi Cepat (TRC) mengevakuasi korban, memberikan pertolongan pertama, serta mendirikan posko kesehatan dan dapur umum.
Nurochman juga mengapresiasi kesigapan seluruh peserta. Pasalnya, para peserta menunjukkan koordinasi dan kecepatan tanggap yang baik.
“Latihan seperti ini sangat penting untuk memastikan semua pihak tahu apa yang harus dilakukan ketika bencana terjadi. Ini adalah bentuk tanggung jawab bersama dalam membangun masyarakat yang tangguh bencana,” ujar Wali Kota Nurochman.
Simulasi gempa bumi juga menjadi sarana memperkuat koordinasi lintas sektor, termasuk dengan para kepala desa dan lurah. Dalam waktu dekat, BPBD berencana memperkuat sistem Early Warning System (EWS) sebagai langkah deteksi dini terhadap potensi bencana alam.