Rudal Korea Utara yang kerap dilontarkan sebagai provokasi. Foto: Yonhap
Muhammad Reyhansyah • 22 October 2025 09:24
Pyongyang: Militer Korea Selatan (Korsel) melaporkan bahwa Korea Utara (Korut) menembakkan sebuah rudal balistik ke arah timur pada Rabu, 22 Oktober 2025, menandai aktivitas uji senjata pertama negara itu dalam sekitar lima bulan terakhir.
Pernyataan singkat dari Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS) tidak menyebutkan rincian lebih lanjut, seperti jarak tempuh atau ketinggian penerbangan rudal.
Biasanya, Korea Utara meluncurkan rudalnya ke perairan antara Semenanjung Korea dan Jepang tanpa menimbulkan kerusakan di negara tetangga. Namun, kali ini JCS hanya menyebut arah peluncuran menuju timur tanpa memberikan spesifikasi tambahan.
Mengutip dari ABC News, Rabu, 22 Oktober 2025, peluncuran tersebut terjadi hanya beberapa hari sebelum Korea Selatan menjadi tuan rumah Asia-Pacific Economic Conference (APEC) di Kota Gyeongju. Forum itu akan dihadiri oleh sejumlah pemimpin dunia, termasuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping.
Para pengamat memperkirakan bahwa Pyongyang mungkin sengaja melakukan uji coba rudal menjelang atau bahkan selama KTT berlangsung untuk menegaskan posisinya sebagai negara bersenjata nuklir. Langkah itu dinilai sebagai upaya pemimpin Korea Utara Kim Jong Un untuk menekan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar mencabut sanksi ekonomi berat terhadap negaranya.
Sejak perundingan nuklir antara Kim Jong Un dan Donald Trump gagal pada 2019 akibat perdebatan terkait sanksi ekonomi, Korea Utara terus mempercepat uji senjatanya. Namun, bulan lalu Kim mengisyaratkan kemungkinan kembali ke meja perundingan jika Amerika Serikat bersedia mencabut tuntutan denuklirisasi penuh terhadap negaranya, sebuah syarat yang selama ini menjadi batu sandungan utama dalam diplomasi kedua negara.
Awal Oktober lalu, Pyongyang menampilkan rudal balistik antarbenua (ICBM) baru dalam parade militer besar memperingati 80 tahun berdirinya Partai Pekerja Korea. Acara tersebut dihadiri oleh para pemimpin dari Tiongkok, Rusia, dan beberapa negara lain, menandakan semakin kuatnya posisi diplomatik Kim di panggung internasional.
Media pemerintah Korea Utara menyebut rudal baru itu sebagai Hwasong-20, yang digambarkan sebagai “sistem senjata strategis nuklir paling kuat” milik negara tersebut. Analis pertahanan menilai ICBM itu mampu membawa beberapa hulu ledak nuklir sekaligus untuk menembus sistem pertahanan udara Amerika Serikat. Mereka memperkirakan Korea Utara dapat mengujinya dalam beberapa bulan mendatang.
Kehadiran Kim dalam parade militer di Beijing bersama Presiden Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada bulan lalu juga menunjukkan kedekatan diplomatik yang semakin erat antara ketiga negara. Sementara itu, baik Trump maupun Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung telah menyatakan keterbukaan untuk bertemu dengan Kim, meskipun pemimpin Korea Utara itu terus menampilkan program nuklirnya yang semakin provokatif.